
APAAJA.NET – Hari ini, 12 Rabiul Awal 1447 H, umat Islam di seluruh Indonesia merayakan kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Dalam tradisi Jawa, bulan ini dikenal sebagai Maulud. Maulid bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi momen penting untuk meneladani kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah diutus oleh Allah SWT sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) bagi orang-orang yang mengharap ridha Allah dan selalu mengingat-Nya. Beliau adalah figur rahmatan lil ‘alamin, pembawa risalah kemanusiaan dan kasih sayang universal.
Kepemimpinan Profetik: Teladan Rasulullah SAW
Ilmu Ladunni dan Kebijaksanaan Abadi
Syekh Muhammad al-Ghazali dalam karyanya menyebut, meski ribuan buku ditulis tentang Nabi Muhammad, sosok beliau tak pernah habis digali. Ilmunya bersumber langsung dari Allah, bagaikan samudera tanpa tepi.
Seorang sufi Persia abad ke-12 bahkan menggambarkan, meski Rasulullah ummi (tidak bisa baca tulis), namun “seluruh perpustakaan dunia tersimpan dalam dirinya”. Inilah bukti kecerdasan profetik yang Allah anugerahkan.
Baca Juga: Abaikan Service Motor? Siap-Siap Mesin Cepat Rusak dan Biaya Perbaikan Membengkak!
Fondasi Iman dan Amal Shalih
Dalam QS. Al-‘Ashr ayat 1-3, Allah menegaskan bahwa manusia berada dalam kerugian, kecuali yang beriman, beramal shalih, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Rasulullah mencontohkan kepemimpinan dengan iman kokoh, amal shalih, dan keteladanan nyata.
Akhlak Mulia Rasulullah SAW
Rendah Hati dan Empati
Rasulullah dikenal rendah hati, penuh empati, dan peduli pada penderitaan umat. Dalam QS. At-Taubah:128, Allah menegaskan bahwa Nabi sangat menginginkan keselamatan umatnya dan penuh kasih sayang terhadap orang-orang beriman.
Teladan Kehidupan Sehari-Hari
Dalam keseharian, Rasulullah adalah sosok konsisten antara ucapan dan perbuatan. Beliau menghormati tamu, menyayangi keluarga, serta menjaga tutur kata. Sabdanya jelas: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.”
Tantangan Umat Islam di Era Modern
Hari ini, kita menyaksikan pergeseran nilai akhlak akibat budaya permisif, hedonisme, hingga liberalisme yang sering mengabaikan norma agama. Banyak pemimpin kehilangan kearifan, terjebak kesombongan, dan akhirnya menyengsarakan rakyatnya sendiri.
Baca Juga: Review Samsung Galaxy Tab S10 Lite: Tablet Ringan dengan Performa Ngebut, S Pen Jadi Andalan!
Syauqi Bek, seorang ulama besar, menegaskan: “Suatu umat akan berlangsung apabila akhlak mereka tetap mendasari hati dan perilaku mereka. Apabila akhlak hilang, akan lenyap pula entitas kaum tersebut.”
Meneladani Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari
- Menghormati sesama: baik tetangga, tamu, maupun keluarga.
- Mengutamakan musyawarah: seperti dicontohkan Rasulullah dalam QS. Ali Imran:159.
- Konsisten antara ucapan dan tindakan: selalu memberi teladan sebelum mengajak orang lain.
- Menjadi rahmat bagi sekitar: Islam diturunkan untuk merealisasikan kasih sayang Allah di muka bumi.
Maulid sebagai Cahaya Kepemimpinan Profetik
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus menjadi momentum untuk memperkuat iman, memperkokoh akhlak, serta meneladani kepemimpinan profetik beliau. Rasulullah bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga cahaya yang menuntun umat di tengah tantangan zaman.
Dengan meneladani sikap rendah hati, kasih sayang, keadilan, serta keteguhan beliau, umat Islam dapat membangun peradaban yang berlandaskan iman dan akhlak mulia.***