Terungkap! Momen Bersejarah Sultan Hamengkubuwono VIII dan Gubernur Jenderal Belanda di Keraton Yogyakarta!

  • NASIONAL
  • September 29, 2025
  • 0 Comments

APAAJA.NET – Keraton Yogyakarta bukan sekadar bangunan tua bersejarah. Ia adalah simbol peradaban Jawa, pusat kekuasaan, dan penjaga warisan budaya yang masih hidup hingga hari ini. Salah satu momen penting dalam catatan sejarahnya adalah pertemuan Sultan Hamengkubuwono VIII dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bijleveld, pada tahun 1937 — peristiwa yang tidak hanya sarat makna politik, tetapi juga diplomasi strategis antara penguasa lokal dan penjajah kolonial.

Pertemuan Elit: Simbol Pengakuan Kekuasaan Keraton oleh Kolonial

Kedatangan Bijleveld ke Keraton Yogyakarta bukan kunjungan biasa. Itu adalah bentuk pengakuan resmi dari pemerintah kolonial atas eksistensi dan pengaruh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pertemuan ini menegaskan bahwa meski di bawah bayang-bayang penjajahan, keraton tetap memiliki otoritas politik dan simbolis yang diakui oleh pihak kolonial.

Baca Juga: Lebih Mulia dari Surga? Ini Keutamaan Bertetangga dengan Para Nabi di Akhirat!

Asal Mula Keraton: Dari Pesanggrahan ke Pusat Kerajaan Mataram Baru

Keraton Yogyakarta dibangun tak lama setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tahun 1755, yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua: Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Sultan Hamengkubuwono I kemudian membangun keraton di lokasi strategis, yang dipercaya dulunya adalah Pesanggrahan Garjitawati—tempat peristirahatan jenazah raja-raja Mataram sebelum dimakamkan di Imogiri.

Makna Sengkala Dwi Naga Rasa Tunggal

Pindahnya pusat pemerintahan ke keraton baru ditandai oleh candra sengkala “Dwi Naga Rasa Tunggal” (1756 M), simbol filosofi tentang kesatuan spiritual, kewibawaan, dan harapan kemakmuran bagi kerajaan yang baru lahir.

Tujuh Kompleks Sakral dan Arsitektur Filosofis Keraton

Keraton Yogyakarta terdiri dari tujuh pelataran inti:

  • Siti Hinggil Lor
  • Kamandhungan Lor
  • Sri Manganti
  • Kedhaton
  • Kamagangan
  • Kamandhungan Kidul
  • Siti Hinggil Kidul

Setiap bagian memiliki fungsi dan makna filosofis tersendiri, mulai dari spiritualitas, politik, hingga pendidikan adat. Tata ruangnya menggambarkan kosmologi Jawa, di mana keraton adalah pusat semesta.

Baca Juga: Ini Sebenarnya yang Terjadi hingga Akhirnya Muktamirin Pilih Agus Suparmanto secara Aklamasi Jadi Ketum PPP 2025-2030

Keraton sebagai Lembaga Adat dan Pusat Budaya Hidup

Keraton tidak hanya berfungsi sebagai kediaman Sultan. Ia adalah lembaga adat aktif yang mengelola upacara sakral, menyimpan pusaka keraton, dan melestarikan kesenian Jawa seperti gamelan, tari klasik, batik, dan kerajinan.

Calon Warisan Dunia UNESCO

Pada tahun 1995, Keraton Yogyakarta dicalonkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, pengakuan atas pentingnya nilai sejarah dan budaya yang dimiliki keraton, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia.

Jejak Diplomasi yang Menguatkan Peran Keraton

Pertemuan antara Sultan Hamengkubuwono VIII dan Gubernur Jenderal Bijleveld menunjukkan bahwa Keraton Yogyakarta bukan hanya simbol budaya, tapi juga aktor politik penting di era kolonial. Kini, keraton tetap menjadi penjaga nilai-nilai adiluhung dan penghubung antara masa lalu dan masa depan bangsa.***

Sumber: https://portalpekalongan.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1919680738/rahasia-keraton-yogyakarta-jejak-pertemuan-sultan-hamengkubuwono-viii-dan-gubernur-jenderal-hindia-belanda?page=all

Related Posts

Ini Sebenarnya yang Terjadi hingga Akhirnya Muktamirin Pilih Agus Suparmanto secara Aklamasi Jadi Ketum PPP 2025-2030
  • September 29, 2025

APAAJA.NET – JAKARTA – Apa sebenarnya yang terjadi di arena Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2025? Benarkah Muktamar X berjalan ricuh? Di medsos sempat beredar Muktamar X PPP ada…

Read More

Continue reading
SAH! Agus Suparmanto Nakhoda Baru PPP! Penuh Drama: Amir Askara Dkk Dilempar Kursi dan Lari dari Arena Muktamar
  • September 28, 2025

APAAJA.NET – JAKARTA – Muktamar ke X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berhasil memilih secara aklamasi Agus Suparmanto sebagai Ketua Umum untuk periode 2025-2030, ternyata diwarnai drama. Drama itu diciptakan…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *