
APAAJA.NET – Suasana subuh di Masjid At-Taqwa tampak lebih semarak dari biasanya. Pada hari ke-26 Ramadan ini, masjid yang terletak di tengah pemukiman padat tersebut kembali menggelar kajian rutin bakda subuh yang menjadi bagian dari agenda pengajian selama bulan suci. Kajian tersebut menghadirkan Prof. H. Sholihan, seorang ulama dan akademisi terkemuka yang dikenal luas dalam dunia pesantren dan perguruan tinggi keislaman.
Mengangkat tema dari kitab klasik Nashoihul ‘Ibad, Prof. Sholihan membahas makalah keempat dengan penuh semangat dan penghayatan. Kitab karangan Syekh Nawawi Al-Bantani ini memang menjadi rujukan utama dalam banyak pengajian tradisional, karena memuat nasihat-nasihat penting yang relevan sepanjang zaman.
Baca Juga: Tirakat untuk Anak: Bentuk Kasih Sayang Orang Tua
Doa Pembuka dan Penghormatan kepada Penulis Kitab
Sebelum memulai materi, Prof. Sholihan mengajak seluruh jemaah untuk membaca surah Al-Fatihah, yang dihadiahkan kepada pengarang kitab, yakni Syekh Nawawi Banten. Doa ini menjadi pembuka yang sarat makna, menunjukkan pentingnya adab dalam menuntut ilmu — menghormati guru, bahkan yang telah wafat sekalipun.
Empat Penjaga Umat dalam Sabda Nabi
Dalam pembahasan makalah keempat, Prof. Sholihan mengulas sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebut empat elemen penjaga umat dan alam semesta, sebagai berikut:
1. Bintang-bintang sebagai Penjaga Langit
Rasulullah SAW bersabda bahwa bintang-bintang adalah penjaga langit. Bila bintang-bintang itu jatuh atau tidak lagi berada di orbitnya, maka itu menjadi isyarat datangnya takdir besar dari Allah SWT — pertanda akan dimulainya hari kiamat. Prof. Sholihan menjelaskan bahwa ini bukan hanya fenomena astronomi, tapi juga simbol kehancuran sistem alam.
2. Keluarga Nabi sebagai Penjaga Umat
Ahlul Bait Rasulullah SAW disebut sebagai penjaga umat. Jika mereka tidak ada, maka akan datang keputusan Allah berupa kerusakan umat: munculnya bid’ah, dominasi hawa nafsu, perpecahan akidah, hingga pengaruh asing seperti Romawi. Menurut Prof. Sholihan, ini menjadi pengingat agar umat Islam terus menjaga kecintaan dan penghormatan kepada Ahlul Bait.
Habaib dan Zuriah Nabi di Indonesia
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang jemaah mengangkat pertanyaan tentang banyaknya habaib di Indonesia yang mengklaim sebagai keturunan Nabi. Prof. Sholihan menjawab dengan bijak bahwa dalam tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, khususnya Nahdlatul Ulama, menghormati zuriah Nabi adalah bagian dari akidah. Meski ada kontroversi terkait keabsahan nasab, prinsipnya adalah tidak menghina mereka, apalagi yang menunjukkan akhlak dan ilmu yang mulia.
Program Rutin Masjid: Menjaga Cahaya Ilmu
Masjid At-Taqwa telah menjadi pusat kegiatan keagamaan yang hidup, terutama di bulan Ramadan. Di antara Magrib dan Isya, pengurus masjid menyelenggarakan berbagai program yang terjadwal rapi:
-
Senin & Rabu: Ngaji kitab Nashoihul ‘Ibad
-
Selasa: Dzikir dan Asmaul Husna
-
Kamis: Yasin dan Tahlil
-
Jumat: Pembacaan Surah Al-Kahfi
-
Sabtu: Pembacaan Surah Ar-Rahman
-
Ahad: Maulid Diba’ atau Barzanji
Kegiatan ini bertujuan untuk mengisi waktu jemaah, khususnya yang sudah pensiun, agar tetap produktif, dekat dengan ilmu, dan terlibat dalam kehidupan masjid.
Baca Juga : Penjelasan Gus Baha Tentang Pentingnya Ilmu dalam Beragama
Harapan Pasca-Ramadan
Di akhir ceramah, Prof. H. Sholihan berpesan agar semangat keilmuan dan ibadah yang tumbuh selama Ramadan tidak berhenti ketika bulan suci ini usai. Ia mengajak jemaah untuk terus hadir dalam majelis ilmu dan memakmurkan masjid.
“Jangan sampai Ramadan hanya jadi momen sesaat. Jadikan ilmu dan ibadah sebagai bagian dari hidup harian kita. Mudah-mudahan kita semua istiqamah dan mendapat berkahnya,” tutup Prof. Sholihan dalam doanya.