
APAAJA.NET – KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, adalah ulama yang dikenal luas berkat kajian-kajian Islamnya yang menyejukkan hati. Dalam berbagai pengajian, Gus Baha kerap mengangkat kisah para nabi sebagai bahan renungan spiritual. Salah satu kisah yang mendapat sorotan khusus darinya adalah ujian berat yang dialami Nabi Ibrahim AS.
Ujian: Bukti Kasih dan Perhatian Allah
Menurut Gus Baha, ujian yang menimpa Nabi Ibrahim bukanlah bentuk kebencian, melainkan wujud cinta Allah yang paling tinggi terhadap hamba-Nya. Ia menyampaikan bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba jika tidak mencintainya. Ujian sejatinya adalah bentuk perhatian dan cara Allah mengangkat derajat seseorang.
Baca Juga: Gus Baha: Ingat Mati Itu Penting, Tapi Jangan Lupakan Semangat Hidup
“Orang yang diuji itu sebenarnya disayang Allah. Karena Allah ingin menaikkan derajatnya,” ujar Gus Baha.
Kisah Pengorbanan: Ketundukan Tanpa Protes
Salah satu ujian terbesar dalam hidup Nabi Ibrahim adalah ketika ia diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Dari sudut pandang manusia biasa, ini adalah perintah yang sangat sulit diterima. Namun Nabi Ibrahim menunjukkan kepatuhan mutlak kepada kehendak Allah tanpa sedikit pun keraguan.
Inilah, menurutnya, bentuk cinta sejati dari seorang hamba kepada Tuhannya. Ketaatan tanpa syarat, bahkan dalam kondisi yang paling berat, menunjukkan betapa dalam hubungan spiritual antara Nabi Ibrahim dan Allah.
Cinta Tak Selalu Berarti Kemudahan
Gus Baha mengingatkan bahwa dalam banyak kasus, cinta Allah hadir bukan dalam bentuk kesenangan duniawi, melainkan melalui ujian yang menggugah hati dan kesadaran. Justru ketika seseorang diberi cobaan, itu adalah tanda bahwa Allah masih peduli dan ingin hamba-Nya kembali mengingat-Nya.
“Kalau Allah tidak peduli pada seseorang, ya dibiarkan saja hidup senang terus, tanpa pernah sadar atau introspeksi,” kata Gus Baha.
Ujian Sehari-Hari dan Kasih Sayang Allah
Gus Baha menekankan bahwa berbagai bentuk kesulitan dalam kehidupan—kehilangan, sakit, kesempitan rezeki, atau kesedihan mendalam—semua bisa menjadi cara Allah menyapa hamba-Nya. Sama seperti Nabi Ibrahim yang tidak pernah mengeluh, umat Islam diajak untuk belajar sabar dan ridha dalam menghadapi takdir.
Bahkan terhadap hamba yang sering berbuat salah, Allah tetap menunjukkan kasih-Nya. Selama masih ada rasa penyesalan dan keinginan untuk bertobat, berarti rahmat Allah masih menyertai.
Baca Juga: Gus Baha: Diam Itu Emas, Keutamaan Menjaga Lisan
“Yang penting bukan tidak pernah salah, tapi tidak sombong ketika salah. Masih mau kembali, masih mau tunduk, itu tandanya Allah masih memanggil kita,” ujar Gus Baha.
Penutup: Ujian Adalah Jalan Menuju Cinta Sejati
Kisah Nabi Ibrahim, sebagaimana dijelaskan, bukan hanya sebuah sejarah. Ia adalah pelajaran abadi tentang bagaimana cinta sejati kepada Allah terwujud dalam bentuk ketundukan dan keteguhan hati. Ujian yang datang dalam hidup bukanlah hukuman, melainkan peluang untuk lebih dekat dan mengenal kasih Allah.
Maka, alih-alih mengeluh, umat Islam diajak untuk merenung. Bisa jadi, justru melalui ujian itulah, Allah sedang menunjukkan bahwa Dia sangat peduli.***