
APAAJA.NET – Media sosial telah menjadi bagian hidup remaja—dari berbagi cerita, mencari informasi, hingga interaksi sosial. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, hal ini bisa memicu stres, keresahan, bahkan menurunkan kepercayaan diri. Berikut panduan praktis agar remaja tetap sehat secara mental di tengah derasnya arus digital.
Baca Juga: Manfaat Kupon Perawatan Berkala Honda: Gratis Servis dan Oli Selama Setahun!
1. Kendalikan Durasi Layar
Gunakan Fitur Bantu Fokus
Aktifkan pengingat waktu atau mode fokus di smartphone untuk mencegah kebiasaan scrolling tanpa batas. Studi WHO menyebut penggunaan berlebih dapat mengganggu tidur dan prestasi belajar remaja .
Terapkan Digital Detox
Ambil jeda dari media sosial—misalnya sehari dalam seminggu. Manfaatnya? Otak lebih jernih, stres berkurang, dan kualitas interaksi offline meningkat .
2. Pilih Konten yang Membangun
Jangan asal follow akun. Hindari yang memicu perbandingan—pilih akun edukasi, motivasi, atau komunitas positif. University of Manchester menyebut konten yang menonjolkan kesenjangan sosial bisa mendorong rasa iri di kalangan remaja Indonesia .
3. Aktifkan Kehidupan Offline
Olahraga & Hobi Bantu Endorfin
Mengisi waktu dengan olahraga, membaca, atau berbincang langsung memicu hormon kebahagiaan (endorfin) dan mengurangi stres (health.ucdavis.edu).
Waktu Kualitas Bersama Keluarga
Momen ngobrol personal mempererat ikatan dan memberi dukungan emosional yang kuat—sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh notifikasi atau likes.
Baca Juga: Makanan Khas Tegal yang Wajib Dicoba: Rekomendasi Kuliner Tradisional Legendaris
4. Sadari Kecenderungan “Highlight Reel”
Media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik kehidupan—yang jarang mencerminkan realita. Ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai pemicu utama perbandingan diri dan kepuasan rendah .
5. Kenali Tanda dan Cari Bantuan
Jika mulai merasa cemas, susah tidur, atau tertekan karena penggunaan media sosial, segera komunikasikan dengan orang tua, guru, atau konselor. Dukungan sosial terbukti krusial untuk mencegah masalah yang makin dalam .
6. Bangun Strategi Penggunaan yang Sehat Engaged vs Passive Use
Penelitian di UBC menyebut lebih penting bagaimana media sosial digunakan—alih-alih hanya berapa lama—karena interaksi aktif lebih berdampak positif dibanding sekadar scrolling (nypost.com).
Jadikan Posting Positif
Bagikan pengalaman sehat dan cerita coping—ini disebut Papageno Effect—yang dapat membantu diri sendiri dan juga orang lain merasa lebih baik (arxiv.org).
7. Edukasi & Literasi Digital
Pahami Risiko & Hak Akses
Dengan digital literacy, remaja lebih paham cara memilah konten dan melindungi diri dari bullying, hoaks, atau konten merugikan lainnya .
Keterlibatan Sekolah & Keluarga
Program kesehatan mental di sekolah serta kampanye literasi digital terbukti efektif meningkatkan kesadaran dan kesiapan remaja menghadapi tantangan online .
Bukan Stop, tapi Seimbang
Remaja tak perlu berhenti total menggunakan media sosial—yang terpenting adalah seimbang dan bijak. Ketujuh langkah di atas dirancang agar remaja bisa tetap ramah teknologi tanpa mengorbankan kesehatan jiwa mereka.***