APAAJA.NET – Suasana politik di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kian membara. Ribuan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu melayangkan ultimatum keras kepada Presiden Prabowo Subianto. Pesannya tegas: “Pilih rakyat atau Sudewo!”
Menjelang aksi besar pada Rabu, 13 Agustus 2025, Alun-Alun Pati berubah menjadi pusat konsolidasi dan solidaritas warga. Spanduk-spanduk bernada tajam bertebaran di jalanan, memuat pesan langsung kepada Presiden dan sindiran keras terhadap Bupati Pati, Sudewo.
Baca Juga: Meshtastic: Solusi Internet Murah di Daerah Terpencil Tanpa Sinyal, Cuma Ratusan Ribu!
Salah satu spanduk bahkan bertuliskan:
“Pak Presiden Prabowo Pecat Bupati Sudewo atau Jateng Boikot Partai Gerindra”
Tak berhenti di situ, sejumlah spanduk lain menampilkan tangkapan layar berita terkait dugaan penyitaan uang Rp3 miliar dari Sudewo oleh KPK—isu yang memicu gelombang amarah publik.
Solidaritas Warga Mengalir, Logistik Disiapkan hingga Larut Malam
Meski sempat beredar isu pembatalan aksi, warga memastikan unjuk rasa tetap digelar sesuai rencana. Teguh Istianto, perwakilan Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, menegaskan bahwa kabar pembatalan hanyalah hoaks.
“Kami tetap turun tanggal 13 Agustus. Ini soal harga diri rakyat Pati,” tegasnya.
Partisipasi warga terlihat luar biasa. Donasi makanan dan minuman terus berdatangan, bahkan banyak ibu-ibu turun langsung menyiapkan logistik untuk massa. Teguh memperkirakan jumlah peserta bisa mencapai 150 ribu orang, tiga kali lipat dari prediksi awal.
Tuntutan Tegas: Sudewo Mundur atau Dilengserkan Rakyat
Tuntutan warga jelas: Bupati Sudewo dianggap gagal memimpin dan harus segera mundur. Narasi boikot Partai Gerindra pun menguat sebagai bentuk tekanan kepada Presiden Prabowo, yang juga Ketua Umum partai tersebut.
“Presiden Prabowo harus memilih, berpihak pada rakyat Pati atau membela satu orang bernama Sudewo,” ujar Teguh.
Baca Juga: KPK Cegah Gus Yaqut ke Luar Negeri: Dugaan Korupsi Kuota Haji 2023–2024 Rugikan Negara Rp1 Triliun!
Menunggu Titik Balik 13 Agustus 2025
Semua perhatian kini tertuju pada 13 Agustus, hari yang diyakini akan menjadi titik balik politik Kabupaten Pati. Publik menantikan apakah suara rakyat akan didengar atau justru memicu babak baru perlawanan yang lebih besar.
Apapun hasilnya, gelombang aksi ini sudah menandai bab penting dalam perjalanan demokrasi di Pati, dengan pesan jelas bahwa rakyat siap bersuara lantang ketika merasa dikhianati.***
apaadminaja