
APAAJA.NET – Purbalingga, 24 Mei 2025 – Ketua (Dekranasda) Purbalingga, Syahzani Fahmi M Hanif, mengambil langkah strategis dengan menggandeng desainer nasional untuk mengembangkan identitas batik khas Purbalingga. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat eksistensi batik lokal agar mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
Pelatihan Desain Batik Pola Soedirman untuk UMKM
Dalam upaya memperkuat identitas batik khas, Syahzani menjamu desainer ternama Lisa Fitria dan pengurus Dekranasda Jawa Tengah, Siti Kholifah, sebagai narasumber pelatihan desain batik pola Soedirman yang diperuntukkan bagi pelaku UMKM batik. Kegiatan ini berlangsung di Rumah Dinas Bupati pada Rabu, 21 Mei 2025 dan diikuti oleh berbagai pejabat terkait seperti Wakil Ketua Dekranasda, Kepala Dinkominfo, Kepala DinkopUKM, dan Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Baca Juga: Kwarcab Purbalingga Raih 3 Penghargaan di Pesta Siaga Kwarda Jawa Tengah 2025
“Terima kasih sudah hadir untuk mengawal para perajin batik sehingga dapat naik kelas. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan tahun lalu yang diharapkan dapat menjadi pemantapan bagi para perajin batik di Kabupaten Purbalingga,” ujar Syahzani.
Tantangan Mengangkat Ciri Khas Batik Purbalingga
Syahzani mengakui ada beberapa kendala dalam mengangkat batik Purbalingga agar memiliki identitas kuat. Contohnya, batik Soedirman, batik Lawa, batik Wayang Suket, dan motif khas lainnya belum sepenuhnya dikenal sebagai identitas resmi batik Purbalingga.
“Mohon masukan dan saran agar kita dapat konsisten mengenalkan batik identitas Purbalingga saat diundang pada ajang provinsi, nasional, maupun internasional,” imbuhnya.
Inovasi Desain Batik Pola Lembaran dan Ready to Wear
Ketua Dekranasda Purbalingga, Pelatihan batik pola yang digelar di Ruang Ardi Lawet, Setda Purbalingga pada Kamis, 22 Mei 2025, berlangsung selama dua hari. Materi pelatihan mencakup desain batik pola lembaran (jarit) dan desain batik pola ready to wear.
Siti Kholifah menjelaskan, “Kelebihan desain batik pola ready to wear adalah motif hanya terdapat pada pola jahitan, sehingga sisa kain tidak bermotif. Ini membuat proses produksi lebih cepat dan hemat.”
Upaya Meningkatkan Kualitas dan Pemasaran Batik Purbalingga
Gunanto Eko Saputro, Kepala Bagian Perekonomian Setda Purbalingga, mengungkapkan bahwa kualitas batik Purbalingga masih perlu diperbaiki dari segi konsistensi motif, desain, dan material.
“Manfaatkan kesempatan ini untuk belajar dari mentor bertaraf nasional dan internasional agar kualitas batik kita bisa naik kelas,” tegasnya.
Syahzani dan suaminya, Bupati Purbalingga Fahmi M Hanif, yang juga ahli marketing dan memiliki perusahaan marketing digital, berkomitmen membantu pemasaran batik Purbalingga hingga tingkat nasional.
Langkah Dekranasda Kabupaten Purbalingga menggandeng desainer nasional dan menggelar pelatihan batik pola ini menjadi tonggak penting untuk membangun identitas batik yang kuat, berkualitas, dan mampu menembus pasar lebih luas. Diharapkan, batik khas Purbalingga bisa menjadi ikon budaya sekaligus produk unggulan ekonomi daerah.***