Penulis Babad Banjar Gripit Berkeliling 13 Kali Napak Tilas 

 

APAAJA.NET – BANJARNEGARA – Nassirun Purwokartun butuh perjuangan panjang untuk menemukan naskah dan menjelajahi tempat sebelum menyelesaikan buku Babad Banjar Gripit.

 

Hal ini terungkap dalam Bedah Buku Babad Banjar Gripit digelar oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Banjarnegara pada Selasa, 27 Mei 2025 di Aula Niscala Disarpus Banjarnegara. Pertemuan ini dihadiri 60 orang dan dibuka oleh Kepala Disarpus Banjarnegara, Arif Rahman.

 

Nassirun menyatakan kekagumannya kepada Ki Giri Wasiyat, Ki Giri Pit, dan Nyai Sekati yang berjalan kaki dari Gresik untuk menyebarkan agama Islam di Banjarnegara.

 

“Mereka menempuh hampir 500 KM, sedangkan saya belum ada apa-apanya,” ujar Nassirun mengungkapkan rasa takjub pada 3 tokoh ini.

 

Nassirun menelusuri tempat-tempat yang dikunjungi 3 tokoh. Informasi ini didapat dari Sarasilah Kang Pinundhi Kanjeng Sunan Giri Wasiat Ingkang Sumare Ing Dagan Badakarya (Naskah Gripit). Dia melakukan napak tilas sebanyak 13 kali mengunjungi makam, desa, petilasan, dan dukuh yang jalannya sulit ditempuh.

 

Tulisan yang kebanyakan beraksara jawa atau beraksara latin namun berbahasa jawa, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia lalu dibukukan dengan rapi. Rata-rata buka yang dibuat Nassirun diberi ilustrasi Wayang Babad.

 

Hingga tahun 2025 Nassirun sudah membuat 127 buku. Tulisanya berkutat pada Babad Banyumas dan sekitarnya. Bagi Nassirun ini adalah warisan bagi anak-anaknya kelak.

 

Babad bukanlah Sejarah

Babad adalah karya sastra klasik yang kaya akan nilai sejarah dan budaya, yang memberikan gambaran tentang peristiwa dan kehidupan masa lalu di berbagai wilayah Indonesia.

 

Namun, Babad sendiri bukanlah tulisan sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan dengan metodologinya.

 

“Babad sebagai karya histiografi masyarakat lokal. Babad Gripit bukan hanya membaca kisah lama, menafsirkan sejarah dengan semangat kekinian,” kata Arif Rahman saat membacakan sambutannya.

 

Nassirun sendiri setuju jika Babad bukanlah tulisan Sejarah yang bisa jadi rujukan. Meski demikian, Babad bisa menjadi petunjuk atau cerita awal yang bisa membuka sejarah masa lalu.

 

Seperti pada penemuan semacam lingga di desa Gripit yang menandakan adanya kebudayaan yang bisa dijadikan cagar budaya. Hal ini diungkap Sugeng, kepala desa Gripit yang merupakan keturunan ke-13 dari Ki Giri Pit. ***

 

Brave

Penulis asli Banjarnegara yang masih belajar menulis secara otodidak. Suka menggambarkan suasana dan keadaan sekitar melalui tulisan yang menginspirasi. Backpacker, wisata, kuliner menjadi hobi yang mengasikkan. Gunung, pantai, kota, desa, pulau atau benua, dalam dan luar negeri siap dijelajahi. Membaca dan menulis menjadi keseruan sendiri untuk ekspresi diri.

Related Posts

Insentif Mobil Hybrid dan Listrik Masih Timpang, Harusnya Bisa Lebih Adil
  • November 28, 2025

APAAJA.NET – Kebijakan insentif kendaraan ramah lingkungan kembali menjadi sorotan. Menurut peneliti senior LPEM FEB UI, Riyanto, struktur insentif untuk mobil hybrid (HEV) dinilai belum adil jika dibandingkan dengan mobil…

Read More

Continue reading
Tanggapi Isu Terkait Penurunan Pendapatan Kantin Sekolah Setelah Adanya MBG. Muhadjir Effendy:  Ya Direkrut Saja Pengelola Kantinnya
  • November 18, 2025

Apaaja.net – Makan Bergizi Gratis (MBG) telah berlangsung di banyak tempat, narasi positif dan negatif sama-sama santernya, ada yang merasa bahwa keberadaan MBG mampu membantu anak sekolah yang kesulitan dalam…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *