Usaha tahu goreng Pak Sunario dari Warisan Mertua, Tembus Pasar Ekspor hingga Singapura

APAAJA.NET – Usaha tahu goreng Pak Sunario, warga Desa Mandiraja, berkembang pesat sejak pertama kali dirintis pada tahun 2011.

Usaha tahu goreng Pak Sunario yang awalnya sekadar meneruskan warisan mertua ini kini berhasil memproduksi hingga 150 kilogram tahu goreng setiap harinya dan bahkan menembus pasar ekspor seperti Jepang dan Singapura.

Sunario mengisahkan bahwa ia memulai usaha ini tanpa bekal pengetahuan khusus soal produksi tahu. “Sebetulnya enggak punya ilmu pertahuan sama sekali.

Saya belajar dari kakaknya istri saya. Istri saya juga dari kecil sudah bantu orang tua di usaha ini,” kata Sunario saat ditemui di lokasi produksi, belum lama ini.

Baca Juga: Guru ASN Akan Ditempatkan di Sekolah Swasta: Solusi Pemerintah Atasi Ketimpangan Pendidikan

Produksi Setiap Hari

Produksi tahu goreng dilakukan setiap hari tanpa libur. Proses penggorengan dimulai sejak pagi sekitar pukul 04.30 hingga menjelang Magrib. “Biasanya kami goreng 15 babak. Satu babak itu sekitar 5 kilogram. Jadi total sekitar 150 kilo per hari,” jelasnya.

Tahu-tahu tersebut kemudian dibawa ke Pasar Mandiraja dan dijual kepada pedagang sayur keliling. “Jam setengah tiga pagi biasanya sudah sampai pasar. Sebelum subuh, semua sudah habis terjual,” tambahnya.

Distribusi hingga ke Luar Negeri

Merek dagang “Tahu Famil” kini tidak hanya dikenal di pasar lokal. Sunario menyebut produknya juga telah dikirim ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bengkulu, dan Lampung. Bahkan, beberapa pelanggannya ada yang membawa tahu ini ke Jepang dan Singapura.

“Alhamdulillah, tahu kami juga sudah sampai ke Jepang dan Singapura. Di Jakarta pun hampir setiap minggu ada pengiriman,” ujarnya bangga.

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Vaksinasi HPV dan Skrining Rutin

Tantangan Produksi dan Harapan

Meski telah berjalan lebih dari satu dekade, Sunario mengaku tantangan tetap ada dalam Usaha tahu goreng Pak Sunario. Salah satunya adalah fluktuasi harga bahan baku dan minyak goreng yang mempengaruhi biaya produksi. “Kadang kedelainya kualitasnya kurang bagus, jadi tahu juga hasilnya tidak seperti biasanya. Minyak juga mahal, tapi kami tetap jual dengan harga sama,” katanya.

Sunario berharap ke depan usaha tahu gorengnya tetap berjalan lancar dan harga minyak bisa kembali stabil. “Yang penting usaha jalan terus, meskipun untungnya sedikit, tapi lancar,” ujarnya.

Dari Tahu untuk Masa Depan Keluarga

Berbekal hasil dari Usaha tahu goreng Pak Sunario, Sunario telah berhasil menyekolahkan kedua anaknya. Anak pertama perempuan, telah menyelesaikan pendidikan di jurusan keperawatan Universitas Harapan Bangsa. Anak keduanya kini duduk di bangku SMP. “Semuanya dari tahu. Sekolah dari tahu, makan dari tahu,” tutupnya sambil tersenyum.

Related Posts

Wakil Bupati Purbalingga Tinjau Jalan Rusak di Kaligondang
  • April 30, 2025

APAAJA.NET – Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, merespons cepat keluhan masyarakat terkait kerusakan jalan parah di wilayah Kecamatan Kaligondang, tepatnya di ruas jalan Slinga – Arenan dan Arenan – Kembaran Wetan.…

Read More

Continue reading
Purbalingga Sabet 17 Medali di Kejurprov Renang Jateng 2025
  • April 29, 2025

APAAJA.NET – Kontingen renang Kabupaten Purbalingga kembali mengukir sejarah di dunia olahraga Jawa Tengah. Pada Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Renang Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2025 yang digelar di Kota Semarang, 26–27…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *