
APAAJA.NET – Media sosial belakangan ini diramaikan dengan tagar #KaburAjaDulu, sebuah ekspresi yang viral dan mewakili keresahan mendalam anak muda Indonesia terhadap kondisi tanah air. Bukan hanya sekadar meme atau tren lucu-lucuan, istilah ini kini berkembang menjadi simbol perasaan frustrasi generasi muda—terutama Gen Z dan milenial—yang merasa tidak lagi memiliki harapan untuk tumbuh dan berkembang di negeri sendiri.
Mulai dari rencana kuliah di luar negeri, bekerja sebagai tenaga terampil (skilled worker), hingga pengurusan visa tinggal permanen ke negara seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, Kanada, hingga Jerman, kini menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial.
Kenapa Banyak Anak Muda Ingin “Kabur” dari Indonesia?
Baca Juga: Pantura Jawa – Banyumas Raya – Solo Raya Waspada Bencana
1. Kondisi Ekonomi yang Tidak Menjanjikan
Minimnya lapangan kerja berkualitas, gaji rendah, dan tingkat inflasi yang tinggi membuat anak muda merasa stagnan secara finansial. Impian untuk membeli rumah, menabung, atau sekadar hidup layak menjadi semakin jauh dari kenyataan.
2. Ketidakpastian Masa Depan
Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada generasi muda, ditambah isu korupsi, nepotisme, dan instabilitas politik, membuat banyak anak muda kehilangan kepercayaan terhadap masa depan di Indonesia.
3. Ingin Kualitas Hidup Lebih Baik
Negara-negara maju dianggap mampu memberikan layanan publik yang lebih profesional, pendidikan kelas dunia, jaminan kesehatan, hingga kebebasan berekspresi yang lebih luas dibandingkan Indonesia.
4. Budaya Kerja yang Lebih Manusiawi
Generasi sekarang tidak hanya mencari gaji besar, tapi juga lingkungan kerja yang menghargai keseimbangan hidup, fleksibilitas, dan sistem meritokrasi.
Dari Candaan Jadi Gerakan Diam-Diam
Awalnya hanya dianggap tren lucu di TikTok atau X (Twitter), kini KaburAjaDulu berubah menjadi gerakan sosial terselubung. Konten seperti “Alasan Aku Cabut dari Indonesia” atau “Tips Sekolah Gratis di Eropa” bahkan sudah ditonton jutaan kali. Banyak anak muda mulai serius mencari beasiswa luar negeri, jalur migrasi kerja, hingga proses naturalisasi di negara lain.
Pemerintah Harus Tanggap, Jangan Anggap Remeh
Baca Juga: Meriah! Closing Ceremony Fitrah 2025 BI-Kemenag di PPFF Semarang
Fenomena ini bukan sekadar anak muda yang “baper” atau suka ikut-ikutan. Ini adalah sinyal serius akan rusaknya sistem sosial dan ekonomi yang selama ini dirasakan namun tak kunjung diperbaiki. Jika terus diabaikan, Indonesia akan menghadapi brain drain besar-besaran dan kekurangan tenaga muda potensial dalam waktu dekat.
“Kabur” Bukan Solusi, Tapi Tanda Bahaya
Fenomena KaburAjaDulu bukan soal cinta atau benci terhadap tanah air. Ini tentang kebutuhan dasar manusia untuk hidup layak, aman, dan bisa berkembang. Anak muda Indonesia tidak takut bekerja keras—mereka hanya butuh sistem yang adil dan mendukung.
Jika negara sendiri belum bisa memberikan ruang itu, jangan salahkan mereka jika akhirnya memilih “kabur dulu”—demi harapan akan masa depan yang lebih pasti.***