Apaaja.net-Setiap orang memiliki mekanisme pelepasan stress yang berbeda, bagi sebagian perempuan, berbelanja di mall atau sekadar mampir di warung seblak bisa menjadi salah satu pelepasan stress, tapi bagi lelaki, terkadang ada hal yang sulit dipahami terkait cara me-realese stress. Banyak di antara laki-laki yang memang sulit untuk menceritakan apa yang sedang dirasakannya. Berbeda dengan perempuan, yang bisa dengan mudah mengekspresikan perasaannya.
Dalam beberapa hal, lelaki terkadang tampak memendam stressnya, lalu dilepaskan dalam bentuk aktifitas yang memang identik dengan laki-laki, seperti memancing, duduk di tepi sungai, merokok, atau bahkan duduk di tepi sungai sembari memancing dengan mulut mengeluarkan asap rokok.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki sistem limbik yang bertugas memproses emosi, hanya saja perempuan bisa lebih ekspresif dalam menunjukkan emosinya, khususnya emosi yang negatif seperti marah ataupun sedih.
Sehingga lelaki yang tidak bisa mengekspresikan kesedihannya, dia akan melepaskannya dengan berbagai aktifitas, mungkin seperti memancing, walau sudah tahu kolam tersebut ikannya kecil dan sedikit, para pria memancing bukan hanya karena agar dapat ikan besar, tetapi lebih kepada aktifitas memancing yang membuat pikiran menjadi tenang dan benar-benar membuatnya tetap waras.
Baca Juga: Honda Gold Wing 1800 – Motor Sultan, Simbol Kemewahan dan Teknologi Tertinggi
Duduk di teras saat malam hari tidak hanya sekadar duduk, terkadang Lelaki butuh tenang seperti mesin yang harus di-istirahatkan sebelum kembali bekerja. Hal ini terkadang tidak dipahami oleh wanita, dan menganggap bahwa laki-laki yang duduk di teras tanpa melakukan apa-apa adalah hal yang sia-sia, padahal hal itu adalah obat paling murah untuk membuat pikiran tetap waras.
Di sisi lain, ada stereotipe yang mengatakan bahwa lelaki tidak boleh menangis, sehingga hal ini memunculkan kesan bahwa lelaki harus seperti baja, yang kuat dan tahan banting, lelaki tidak boleh sakit dan tidak boleh lemah, pokoknya semua lelaki harus seperti limbad yang bisa menjadikan paku sebagai camilan.
Parahnya, ada stereotipe lagi yang mengatakan bahwa lelaki yang curhat adalah lelaki yang “lemah”, hal ini justru bisa menjadi bom waktu jika seorang lelaki hanya memendam stressnya seorang diri.
Baca Juga: KPK Cegah Gus Yaqut ke Luar Negeri: Dugaan Korupsi Kuota Haji 2023–2024 Rugikan Negara Rp1 Triliun!
Saya pribadi memiliki keasyikan menulis yang kerap saya lakukan saat serangan stress datang tanpa notifikasi. Saking asyiknya menulis, bahkan saya sampai tidak bisa mendengar jelas apa yang istri saya katakan. Selain menulis, terkadang saya juga memainkan gitar dengan lagu yang itu-itu saja, namun membuat hati ini merasa damai.
Lelaki memang tidak mudah mengekspresikan perasaannya, sehingga para lelaki memerlukan kemampuan untuk mengalihkan stressnya pada hal positif dan tidak mencederai, mulai dari duduk di kursi minimarket sembari minum kopi golda, pergi ke pemancingan sembari menata pikiran dan berharap dapat ikan, atau berlari kecil untuk menunjukkan pencapaian fisiknya di aplikasi Strava.

