
APAAJA.NET – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha menyampaikan pesan penting mengenai bahaya kritik yang tidak dibalut dengan etika. Dalam sebuah pengajian yang penuh makna, beliau mengingatkan bahwa kritik yang tidak membangun—terutama yang menjatuhkan atau membunuh karakter seseorang—bisa berdampak buruk pada nilai kemanusiaan.
Menurutnya, kritik semacam ini tidak akan menyelesaikan masalah. Justru sebaliknya, ia berpotensi menimbulkan kebencian, menimbulkan perpecahan, dan menghilangkan empati di tengah masyarakat. “Kritik yang membunuh karakter itu bukan bagian dari dakwah,” tegasnya.
Baca Juga: Jumat Berkah, Jangan Hanya Diam! Ini Pesan Menyentuh Gus Baha tentang Sedekah dan Empati
Kritik Seharusnya Memperbaiki, Bukan Menghancurkan
Dalam pandangan Gus Baha, kritik yang benar adalah kritik yang ditujukan untuk memperbaiki, bukan menghancurkan. Ia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW menyampaikan nasehat dengan lembut, penuh kasih sayang, dan tidak pernah menjatuhkan seseorang di depan umum.
Adab dalam menyampaikan kritik harus dijaga. Jika niatnya hanya ingin menyampaikan atau menyampaikan aib seseorang, maka hal itu tidak lagi disebut kritik, melainkan kedzaliman.
Era Digital: Bijaklah dalam Menyampaikan Kritik
Gus Baha juga menyoroti fenomena kritik di media sosial yang kerap kali disampaikan tanpa adab. Banyak orang yang mengejar untuk mengejar perhatian atau “suka” dengan menyindir atau menyerang pribadi orang lain secara terbuka.
Dalam konteks ini, pesan Gus Baha sangat relevan. Kritik bukan sekadar menyampaikan ketidaksepakatan, tetapi juga harus memikirkan dampak psikologis dan sosial terhadap yang dikritik. Kita semua dituntut untuk bijak dan berpikir dua kali sebelum menulis atau menyebarkan kritik di ruang digital.
Baca Juga: Gus Baha: Doa adalah Bukti Kehambaan, Bukan Cara Mendikte Allah
Meneladani Akhlak Nabi dalam Berdakwah
KH Ahmad Bahauddin Nursalim mengajak seluruh umat Islam untuk mencontoh akhlak Rasulullah SAW dalam berdakwah dan memberikan masukan. Kritik yang disampaikan dengan niat baik, bahasa santun, dan empati justru bisa membuka pintu dialog, memperkuat persaudaraan, serta mendorong perubahan yang lebih baik.
Di tengah derasnya arus informasi saat ini, adab dalam berkomunikasi—termasuk saat mengancam—adalah kunci menjaga nilai kemanusiaan. Jangan sampai kritik yang kita lontarkan justru menjadi sumber perpecahan dan kerusakan sosial.***