Khutbah Jumat Prof. H. Sholihan: Ibadah Haji Wujud Totalitas Iman dan Kepedulian Sosial

APAAJA.NET– Dalam khutbah Jumat yang disampaikan oleh Prof. H. Sholihan, Guru Besar Sosiologi Agama, pada Jumat (tanggal disesuaikan) di sebuah masjid di Jakarta, umat Islam diajak merenungi makna ibadah haji sebagai bentuk keimanan yang menyeluruh dan ibadah sosial yang berdampak luas.

Dalam khutbahnya, Prof. Sholihan menyampaikan bahwa ibadah haji bukan hanya ritual fisik semata, tetapi juga wujud penghambaan total kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bentuk solidaritas sosial global umat Muslim.

Ketakwaan sebagai Pondasi Ibadah

Takwa Kunci Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Mengawali khutbahnya, Prof. H. Sholihan mengajak seluruh jemaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Menurutnya, hanya dengan ketakwaan yang sejati umat Islam akan meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

“Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, yakni menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,” ujar Prof. Sholihan.

Baca Juga:Tim YR 2 Stroke Solo Turun Gunung! Eks Rider Legendaris Siap Panaskan Boyolali di Tolak Miskin Mini Race 2025

Fenomena Haji, Bukti Nyata Kebenaran Firman Allah

Menjawab Seruan Nabi Ibrahim

Prof. Sholihan menyoroti fenomena jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang tengah bersiap menunaikan ibadah haji sebagai bentuk realisasi dari seruan Nabi Ibrahim AS sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 27.

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus…”

Seruan tersebut, kata Prof. Sholihan, menjadi bukti atas kemahakuasaan Allah yang mampu menghimpun umat dari seluruh penjuru dunia, bahkan sejak zaman belum ada teknologi komunikasi.

Ibadah Haji: Menyeluruh dalam Dimensi Kehidupan

Ruhani, Fisik, Lisan, dan Harta

Dalam uraian khutbahnya, Prof. H. Sholihan menjelaskan bahwa ibadah haji merupakan satu-satunya rukun Islam yang menyentuh seluruh aspek keberadaan manusia:

  • Spiritual (Ruhiyyah): Niat, kesabaran, keikhlasan.
  • Ucapan (Qauliyyah): Talbiyah, doa.
  • Fisik (Badaniyyah): Tawaf, sa’i, melempar jumrah.
  • Harta (Maliyyah): Pengorbanan materi yang besar.

“Untuk umat Islam di Indonesia, biaya haji bisa mencapai ratusan juta rupiah. Ini menunjukkan betapa besar pengorbanan materi dalam ibadah ini,” jelasnya.

Dimensi Sosial Ibadah Haji

Harmoni dan Kepedulian Antarsesama

Lebih jauh, Prof. Sholihan menekankan bahwa ibadah haji memiliki dimensi sosial yang kuat. Allah melarang segala bentuk pertengkaran, perbuatan maksiat, dan kata-kata tidak pantas selama berhaji, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah:197.

“Ketika seseorang melanggar larangan ihram, ia diwajibkan membayar dam yang pada akhirnya disalurkan kepada kaum fakir miskin. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial sangat melekat dalam ibadah haji,” ujarnya.

Menuju Haji Mabrur: Refleksi Sosial yang Kuat

Ciri Haji Mabrur Menurut Nabi Muhammad SAW

Dalam bagian akhir khutbah, Prof. Sholihan mengutip sabda Rasulullah SAW tentang ciri-ciri haji mabrur, yakni:

  1. It’amut tha’am – Memberi makan orang lain
  2. Ifsya’us salam – Menyebarkan salam dan kedamaian
  3. Thayyibul kalam – Ucapan yang lembut dan menyejukkan

“Salam bukan hanya ucapan ‘assalamualaikum’, tapi juga keselamatan, ketenangan, dan kesejahteraan yang harus kita tebarkan di mana pun berada,” terang Prof. Sholihan.

Baca Juga:Gus Baha: Ingat Mati Itu Penting, Tapi Jangan Lupakan Semangat Hidup

Prof. H. Sholihan menutup khutbahnya dengan doa bagi jemaah haji agar diberi kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan ibadah di tanah suci. Ia juga mendoakan agar umat Islam yang belum berhaji segera diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji di masa mendatang.

“Semoga seluruh jemaah haji tahun ini memperoleh haji yang mabrur. Dan bagi kita yang belum berhaji, semoga Allah mudahkan langkah dan rezekinya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.”

- -

Related Posts

Gus Baha: Ingat Mati Itu Penting, Tapi Jangan Lupakan Semangat Hidup
  • May 22, 2025

APAAJA.NET – Kematian adalah suatu kepastian dalam hidup setiap manusia. Dalam ajaran Islam, kita dianjurkan untuk mengingat mati. Namun menurut KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal sebagai Gus…

Read More

Continue reading
Gus Baha: Akhlak Jangan Sampai Luntur di Era Digital, Ini Cara Menjaganya
  • May 21, 2025

APAAJA.NET – Perubahan zaman adalah hal yang tak terhindarkan. Setiap hari, kita disuguhi perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, pola komunikasi baru, hingga cara berpikir masyarakat yang semakin modern dan terbuka. Namun…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *