Kiai Hadlor: Peran Wartawan Luar Biasa

Halal Bi Halal di Keluarga Besar PWI Jateng

APAAJA.NET – SEMARANG – Kiai Hadlor atau KH Ahmad Hadlor Ihsan, pengasuh Ponpes Al-Ishlah Mangkang Kulon Semarang banyak menceritakan peran pewarta atau wartawan mulai dari zaman Rasulullah Muhammad SAW hingga sekarang.

“Tanpa wartawan, tanpa pewarta, kita bisa tahu apa? Mulai di zaman Rasulullah SAW hingga saat ini,” hal itu dikatakan Kiai Hadlor saat memberi tausyiah pada acara Halal Bi Halal Keluarga Besar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah di Gedung Pers, Jalan Tri Lomba Juang No 10, Mugassari, Semarang, Kamis 24 April 2025.

”Kita tahu perintah Allah kepada Rasul SAW ya dari pewarta. Dari mana kita tahu Rasul Muhammad begini dan begitu, kalau tidak ada yang mewartakan. Ada pewarta yang mengabarkan, seperti sahabat Nabi yaitu Abu Hurairah. Beliau tahu gerak gerik Nabi SAW, termasuk apa saja sabdanya,” kata Kiai Hadlor, , itu.

Dalam kesempatan itu, Kiai Hadlor juga mengisahkan bagaimana jalur informasi Nabi SAW tersampaikan mulai dari Abu Hairah, Abu A’la Al hingga Imam Muslim yang bertahan beribu tahun.

Semua itu ada hingga sekarang karena ada wartawan, ada pewarta, dan ada medianya.

“Jadi kalau kita tentang hadis-hadis itu sebenarnya adalah katanya atau jarene…jarene…jarene…hingga sampai ke Rasul SAW, atau sahabat yang mengetahui langsung tentang hadis itu.”

Kiai Hadlor mencontohkan tentang Shummu Tashihhu (berpuasalah, niscaya kamu akan sehat) sebuah hadis yang menekankan manfaat puasa bagi kesehatan fisik dan mental.

Hadis ini disebutkan oleh Ibnu Adi dalam Al-Kamil, 2:357, dari jalur Husain bin Abdullah bin Dhamirah, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian. Sanad hadis ini rusak, karena Husain bin Abdullah bin Dhamirah dinilai pendusta.

Selain itu, Kiai Hadlor dia juga mengajak hadirin untuk menjadi manusia yang sehat pasca-Ramadhan.

Kiai Hadlor selanjutnya mengumpamakan sehat itu seperti mobil yang baru keluar dari bengkel.

“Mobil yang sehat itu ada tandanya. Yaitu semua komponennya berfungsi dengan baik, klakson, rem, lampu sein. Untuk membuktikan mobil itu bagus, yaitu mampu nggugu karo sing nduwe (patuh sama yang punya). Kalau mobil nggugu karepe dewe, sing susah wong liya (jika mobil berjalan semau gue, maka yang susah orang lain),’’ jelasnya.

Ciri manusia sehat itu, kata dia, juga ada keseimbangan antara jiwa dan raga. Dia lalu mengibaratkan keseimbangan itu seperti penunggang kuda mau ke pasar. Penunggangnya adalah jiwanya, sedangkan kuda adalah raganya.

Pada momen ini, Kiai Hadlor bertanya kehadirin: jika kudanya buta, sedangkan penunggangnya tidak, apakah keduanya akan sampai ke tujuan? Hadirin pun kompak menjawab bisa.

Sebaliknya, kalau penunggangnya buta, sedangkan kudanya tidak, apakah sampai tujuan?

Hadirin pun langsung mengatakan tidak.

“Itu seperti jiwa kita. Jiwa yang buta, akan lebih membahayakan. Makanya jiwa harus sehat setelah kita melewati bulan puasa,’’ tandasnya.


Satu Hati, Satu Visi

Halalbihalal yang mengusung tema ”Satu Hati, Satu Visi” dilaksanakan secara sederhana dan kondisi yang terbatas karena kantor PWI sedang direnovasi.

Hadir dalam kesempatan itu, Kabid Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Jateng Moch Faizin, anggota pembina Yayasan Alumini Undip (pengelola USM) Ir Soeharsojo IPU, Wakil Ketua Komisi Informasi Provinsi Jateng Setiadi, mantan Ketua PWI Jateng Soetjipto SH, dan Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul Alim.

Selain itu, ada pimpinan berbagai media, mantan wartawan, pengurus Dewan Kehormatan Provinsi PWI, Ketua PWI Amir Machmud NS dan Sekretaris Setiawan Hendra Kelana bersama jajarannya, serta ibu-ibu anggota IKWI yang diketuai Ummi Munawaroh AM.

Dalam kesempatan itu, Ketua PWI Amir Machmud menyampaikan rasa syukur karena PWI kembali mengadakan halal bi halal yang sudah menjadi tradisi sejak lama.

Atas nama pribadi dan organisasi, dia menyampaikan permohonan maaf jika selama berinteraksi ada kesalahan.

Dia mengatakan, sengaja mengusung tajuk ”Satu Hati, Satu Visi” dengan maksud bahwa PWI bertekad menjadikan hati sebagai ukuran dalam membangun interaksi, komunikasi, bukan hanya antarpengurus, tapi juga dengan mitra kerja.

”Dengan berbagai instansi, kami berusaha menjembatani kepentingan PWI dan wartawan untuk sama-sama memahami apa yang menjadi tujuan. Terutama dalam lima tahun terakhir, kami berusaha menjadikan PWI sebagai bagian dari para intelektual, sehingga kami bisa berinteraksi dengan dunia kampus. Maka dalam empat tahun ini kami sudah menjalin kemitraan lewat dialog para rektor di perguruan tinggi swasta. Semoga ini bisa menjadi tradisi kepengurusan PWI di masa mendatang,” bebernya.***

 

Related Posts

Syawal Hampir Habis, Iman Masih Menyala?
  • April 25, 2025

APAAJA.NET – Syawal hampir habis banyak yang mengira Ramadhan adalah puncak dari segalanya. Padahal, justru ujian sesungguhnya dimulai saat takbir berhenti berkumandang. Setelah 30 hari berlatih menahan nafsu, bangun malam,…

Read More

Continue reading
Mengusir Semut Tanpa Membunuh Menurut Hadis dan Al-Qur’an
  • April 24, 2025

APAAJA.NET – Semut sering kali dianggap sebagai gangguan di rumah karena kemunculannya yang masif dan terkadang menyusup ke dalam makanan. Namun, dalam pandangan Islam, semut bukanlah sekadar serangga pengganggu. Mereka…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *