Oleh: Ahmad Rofiq*)
PORTALPEKALONGAN.COM – Sebentar lagi malam penentuan akan segera hadir. Bisa jadi malam tanggal 17 Ramadhan, namun banyak pendapat dan meniru Rasulullah Saw, selalu melakukan iktikaf selama 10 hari terakhir setiap Ramadhan.
Dan ini dijalankan oleh Rasulullah Saw dengan mengajak keluarga beliau beriktikaf di masjid. Banyak Ulama mengatakan bahwa malam lailatul qadar itu, akan terus terjadi di setiap hadirnya bulan Ramadhan.
Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an memiliki tiga arti:
pertama, penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.
Penggunaan Qadar sebagai ketetapan juga digunakan pada QS. Ad-Dukhan: 3-5: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami.
Kedua, kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran.
Lihat juga pada QS. Al-An’am (6): 91 yang membahas tentang kaum musyrik: “Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat”.
Ketiga, Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit (penuh sesak), karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr.
Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d ayat 26: “Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)” (Buku Wawasan Al-Qur’an).
Insyaa Allah pada malam dua puluh satu, yakni malam ganjil pertama, di sepuluh hari terakhir Ramadhan 1446 H. Boleh jadi malam itu adalah bagian dari malam yang kita nanti-nantikan kehadirannya. QS. Al-Qadar (97): 1-5 menjelaskan bahwa Lailatul Qadar adalah “lebih mulia dari 1.000 bulan atau 83,3 tahun lebih. Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan hingga terbit fajar”. Apabila kita beribadah di malam lailatul qadar.
Uraian di atas, menjelaskan bahwa apabila kita dapat berburu menjemput dengan sungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah (fafirruu ila Allah) untuk mendapatkan kemuliaan dan menjemput taqdir baru dari Allah ‘Azza wa Jalla di malam lailatul qadar.
Malam itu kita memohon kepada Allah untuk mengubah takdir kita menjadi lebih baik.
Bagi Allah Yang Maha Kuasa untuk mengubah segala sesuatu, maka untuk mengubah takdir kita menjadi lebih baik, adalah seratus persen menjadi kewenangan-Nya.
Pertanyaannya adalah, apakah lailatul qadar itu masih hadir setiap bulan Ramadhan setiap tahun, ataukah karena terkait dengan diturunkannya Al-Qur’an yang itu sudah selesai saat wahyu terakhir diturunkan?
Imam Al-Baghawy dalam Ma’alim al-Tanzil (h. 516) menjelaskan, bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an secara utuh (jumlatan wahidah) dari Lauhil Mahfudh ke langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian menempatkannya di Baitul ‘Izzah. Kemudian Malaikat Jibril menurunkannya secara bertahap selama 23 tahun.
Soal kapan waktunya, para Ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat, malam lailatul qadar itu terjadi pada malam 27 Ramadhan.
Dasarnya, diambil dari kata lailatul qadar itu disebut tiga kali. Kata lailatul qadar berbahasa Arab, terdiri dari 9 huruf, dikalikan tiga, menjadi dua puluh tujuh.
Seorang Ulama Sufi terkenal Abu Yazid al-Busthamy, juga menyatakan bahwa “lailatul qadar” terjadi pada tanggal 27 Ramadhan.
‘Aisyah ra, mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar itu terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadan: “Rasulullah saw beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan Beliau bersabda: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Riwayat dari ‘Aisyah r.a. berkata, saya bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apa pendapat Engkau, seandainya aku menemukan malam lailatul qadar, do’a apakah yang aku panjatkan pada malam itu?
Rasullullah SAW menjawab: “Berdo’alah dengan mengucapkan, “Allahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii” artinya “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Maha Mulia, dan menyukai memberikan pengampunan, maka ampunilah kesalahanku” (H.R. Lima Imam hadits, kecuali imam Abu Daud).
Mengapa disebut lailatul qadar, karena malam itu adalah malam penentuan dalam segala sesuatu dan hukum, Allah menetapkan di dalamnya urusan satu tahun bagi hamba-Nya dan Negara-Nya sampai tahun depan, seperti disebut dalam QS. Ad-Dukhan:4.
Ada yang mendebat, Husain bin al-Fadhl, “bukankah Allah telah menentukan taqdir sebelum menciptakan langit dan bumi?
Dijawab: “Betul”, dibreakdownnya ketentuan pada waktu dan realisasi ketentuan yang sudah ditaqdirkan. Mayoritas ulama sepakat bahwa malam lailatul qadar, terdapat pada setiap bulan Ramadhan.
Yang jelas, Rasulullah saw memberikan contoh, dalam memaksimalkan untuk dapat menggapai kemuliaan malam lailatul qadar, adalah di sepuluh hari terakhir, dengan mengajak keluarga beliau. Semoga kita diperkenankan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendapatkan lailatul qadar atas dasar kasih sayang-Nya, kita mendapat kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Allah a’lam bi sh-shawab.
*)Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Direktur LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia) Provinsi Jawa Tengah, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah, Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam Sultan Agung, DPS BPRS Bina Finansia Semarang, Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang, dan Rektor IKMB yang segera beralih menjadi Universitas Agung Putra Indonesia (UAPI) Semarang.