
APAAJA.NET – Syawal hampir habis banyak yang mengira Ramadhan adalah puncak dari segalanya. Padahal, justru ujian sesungguhnya dimulai saat takbir berhenti berkumandang. Setelah 30 hari berlatih menahan nafsu, bangun malam, dan memperbanyak zikir serta tilawah, kini saatnya membuktikan: apakah kita benar-benar berubah?
Bulan Syawal adalah bulan transisi dan pembuktian. Apakah kamu hanya jadi “pejuang Ramadhan”, atau justru naik level menjadi pribadi yang istiqomah?
Berapa Lama Bulan Syawal dan Apa yang Harus Dilakukan?
Secara kalender hijriyah, bulan Syawal berlangsung selama 29–30 hari, tergantung penampakan hilal. Dimulai dari 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri), kamu memiliki waktu terbatas untuk mengamalkan berbagai ibadah yang sangat dianjurkan, seperti:
- Puasa 6 hari di bulan Syawal
- Melanjutkan membaca Al-Qur’an secara rutin
- Bangun malam dan shalat tahajud
- Menjaga akhlak dan lisan setelah silaturahmi lebaran
Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Ini adalah amalan yang sering terlewatkan, padahal Rasulullah SAW bersabda:
Baca Juga: 3 Sektor Ini Menurut Abdul Kholik Potensial Bangun Jateng
“Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun.”
(HR. Muslim)
Kapan waktunya? Kamu bisa mulai dari tanggal 2 Syawal hingga akhir bulan. Tidak harus dilakukan secara berturut-turut—boleh dicicil. Namun, kalau kamu melewatkannya sampai bulan berakhir, peluang itu hilang.
Melawan Kemunduran Iman Pasca Ramadhan
Ramadhan mengajarkan kita banyak hal—namun yang paling penting adalah konsistensi setelahnya. Bulan Syawal jadi momen untuk mengevaluasi:
- Apakah kamu masih bangun malam seperti saat sahur?
- Apakah Al-Qur’an masih kamu sentuh setiap hari?
- Apakah lisannya tetap terjaga dari ghibah dan dusta?
- Apakah hatimu tetap lapang dan ringan memaafkan?
Kalau jawabannya “belum tentu”, berarti kamu butuh momentum Syawal untuk kembali menata ulang langkah.
Jangan Jadi Pejuang Musiman
Ibarat atlet, yang hebat bukan cuma yang tampil maksimal di turnamen, tapi yang latihannya terus berlanjut setelah kompetisi selesai.
Begitu juga kita. Pemenang sejati bukan yang hanya bersinar saat Ramadhan, tapi tetap istiqomah di bulan-bulan setelahnya. Jangan puas hanya jadi “penonton kemenangan”—kamu bisa jadi pelaku utamanya.
Baca Juga: Ini 5 Cara Memanjangkan Rambut dengan Cepat dan Alami
Masih Ada Waktu, Tapi Tidak Banyak
Syawal akan segera berakhir. Jangan sia-siakan hari-hari terakhir ini. Maksimalkan dengan amalan yang kamu bisa, jaga semangat Ramadhan, dan terus tingkatkan kualitas diri.
Ramadhan melatihmu. Syawal membuktikanmu.
Pemenang sejati bertahan, bukan hanya tampil sebulan.***