
APAAJA.NET – Prof H Sholihan dalam kajian Subuh Sabtu pagi (17/5/2025) menyampaikan pemahaman mendalam tentang konsep nafsu amarah atau jiwa yang senantiasa memerintah pada keburukan. Penjelasan tersebut disampaikan saat mengkaji maqalah ketujuh dari kitab Nashal ‘Ibad karya Imam Nawawi, di mana Sayyidina Umar bin Khattab mengklasifikasikan kehidupan ke dalam empat jenis lautan.
Empat Jenis Lautan dalam Hidup Menurut Umar bin Khattab
Dalam ceramahnya,Prof H Sholihan mengutip pernyataan Umar bin Khattab yang menyebutkan bahwa:
“Al-buhûru arba’atun: al-hawâ bahrudz-dzunûb, an-nafsu bahrus-syahawât, al-maut bahrul-‘amâr, wal-qabru bahrun-nadâmât.”
Yang artinya: “Lautan itu ada empat: Hawa nafsu adalah lautan dosa, jiwa adalah lautan syahwat, kematian adalah lautan umur, dan kubur adalah lautan penyesalan.”
Prof H Sholihan lalu memfokuskan bahasan pada poin kedua, yaitu an-nafsu bahrus-syahawât (jiwa sebagai lautan syahwat).
Baca Juga: ART Fams Tim Asal Kerinci Siap Tampil Maksimal di Yamaha Cup Race Pekanbaru Seri 1 2025
Nafsu Amarah: Sumber Akhlak Tercela
Menurut penjelasan Imam Nawawi, kata Prof H Sholihan, nafsu yang dimaksud dalam maqalah tersebut adalah nafsu amarah (an-nafs al-ammārah bis-sū’)—jiwa yang selalu memerintahkan pada kesenangan jasmani dan kemaksiatan.
“Nafsu ini adalah tempat berkumpulnya seluruh akhlak mazmumah, akhlak tercela,” jelas Prof H Sholihan kepada jamaah.
Ia menambahkan bahwa nafsu jenis ini sangat berbahaya jika tidak dikendalikan, karena akan menjadikan jiwa seseorang sebagai lautan syahwat yang tak terbendung.
Tiga Jenis Nafsu dalam Al-Qur’an
Dalam penjelasannya,Prof H Sholihan membagi nafsu ke dalam tiga jenis berdasarkan Al-Qur’an:
- Nafsu Amarah – Nafsu yang menyeret kepada kejahatan. Disebut dalam Surah Yusuf ayat 53.
- Nafsu Lawwamah – Nafsu yang mencela diri setelah berbuat dosa. Terdapat dalam Surah Al-Qiyamah ayat 2.
- Nafsu Mutmainnah – Jiwa yang tenang dan ridha. Terdapat dalam Surah Al-Fajr ayat 27–30.
Menurut Prof H Sholihan yang ideal adalah nafsu mutmainnah, yakni jiwa yang telah stabil dalam ketaatan kepada Allah. “Kalau kita belum bisa sampai ke sana, setidaknya jangan sampai berada pada posisi nafsu amarah,” ujarnya.
Syahwat dalam Pandangan Islam
Prof H Sholihan juga menjelaskan bahwa dalam Islam, syahwat secara makna asalnya bersifat netral—yakni keinginan atau hasrat. Namun jika diarahkan untuk melampaui batas syariat, maka ia akan berubah menjadi hawa nafsu yang negatif.
“Kalau keinginan itu tidak dibatasi iman, maka akan menjadi jalan menuju akhlak buruk. Itulah mengapa nafsu amarah sangat erat dengan syahwat negatif,” jelasnya.
Baca Juga: Jonatan Christie dan Chico Wardoyo Resmi Keluar dari Pelatnas PBSI demi Karier Profesional
Upaya Mengendalikan Jiwa: Tazkiyatun Nafs
Sebagai penutup,Prof H Sholihan mengajak jamaah untuk melatih dan mendidik jiwa agar tidak jatuh ke dalam jurang nafsu amarah. Ia menyebut proses ini sebagai tazkiyatun nafs, yakni penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk.
“Kita tidak mungkin menjadi seperti Nabi, tapi kita bisa mendekati akhlaknya. Minimal, kita membersihkan jiwa kita dari sifat tercela,” ungkapnya.
Kajian ditutup dengan doa bersama, dan harapan agar para jamaah bisa meningkatkan kualitas jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.