
APAAJA.NET – Pekalongan dikenal sebagai kota batik, namun di balik pesona kainnya, tersimpan pula kekayaan kuliner yang menggoda. Salah satu warisan kuliner yang masih bertahan dan digemari adalah iwel-iwel—jajanan tradisional yang sederhana namun sarat kenangan. Kudapan ini dibungkus dalam daun pisang, berisi adonan manis dari tepung beras, kelapa parut, dan gula merah. Rasanya lembut, manis alami, dan membuat siapa pun yang mencicipinya terlempar ke masa lalu.
Baca Juga: Rahasia Kulit Kencang dan Glowing: 5 Sayuran Penghasil Kolagen yang Wajib Dikonsumsi
Asal-Usul dan Bahan Dasar Iwel-Iwel
Iwel-iwel merupakan salah satu kue tradisional khas Pekalongan yang dibuat dari bahan sederhana namun kaya rasa. Komposisinya terdiri dari:
- Tepung beras, sebagai bahan utama,
- Kelapa parut yang memberikan tekstur dan rasa gurih,
- Gula merah, sebagai pemanis alami.
Setelah diaduk menjadi adonan, bahan-bahan tersebut dibentuk mirip limas kecil, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus hingga matang. Meskipun sekilas mirip dengan lepet atau nagasari, rasa iwel-iwel sangat khas: legit, lembut, dan menggugah selera.
Filosofi dan Tradisi di Balik Iwel-Iwel
Kata “iwel” dalam bahasa Jawa berarti membungkus atau menggulung, merujuk pada teknik pembuatannya. Proses ini bukan sekadar teknis, namun juga mencerminkan kesederhanaan dan rasa syukur masyarakat Jawa terhadap anugerah alam.
Sajian dalam Berbagai Momen
Iwel-iwel kerap muncul dalam berbagai tradisi lokal, seperti:
- Acara selamatan dan syukuran,
- Sebagai bekal perjalanan jauh,
- Bagian dari sajian dalam ritual adat atau hajatan keluarga.
Simbolismenya mengandung harapan akan keberkahan dan perlindungan dalam setiap langkah kehidupan.
Cocok Jadi Teman Sore Hari
Iwel-iwel sangat cocok disantap sebagai camilan di sore hari. Kelembutan teksturnya dan rasa gula merah yang menyatu sempurna menciptakan sensasi hangat. Disandingkan dengan teh panas atau kopi tahlil khas Pekalongan, iwel-iwel menghadirkan rasa nostalgia yang autentik.
Dimana Bisa Menemukan Iwel-Iwel?
Meski dunia kuliner terus berkembang, iwel-iwel masih bisa dijumpai di beberapa pasar tradisional Pekalongan seperti:
- Pasar Grogolan
- Pasar Banyurip
- Pasar Sorogenen
Harganya pun sangat bersahabat, mulai dari Rp2.000 hingga Rp4.000 per bungkus. Beberapa pedagang bahkan menambahkan inovasi seperti aroma pandan atau gula kelapa dengan rasa lebih kuat untuk menarik perhatian pembeli muda.
Upaya Pelestarian oleh UMKM Lokal
Di tengah arus makanan modern dan cepat saji, iwel-iwel tetap eksis berkat peran aktif pelaku UMKM di Pekalongan. Mereka mengemas ulang iwel-iwel dengan tampilan menarik dan menjualnya melalui platform digital serta media sosial.
Langkah ini tak hanya mempertahankan keberadaan iwel-iwel, tapi juga mengenalkannya pada generasi muda sebagai bagian dari identitas kuliner daerah.
Lebih dari Sekadar Jajanan
Iwel-iwel bukan sekadar camilan pasar, tetapi bagian dari identitas budaya masyarakat Pekalongan. Sederhana namun bermakna, kudapan ini mampu membangkitkan memori dan memberikan kehangatan dalam setiap gigitannya.
Melestarikan iwel-iwel berarti menjaga warisan rasa dan nilai-nilai tradisional agar terus hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.***