
APAAJA.NET – Biaya logistik di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam, biaya logistik di Indonesia tergolong sangat mahal . Hal ini menjadi hambatan besar dalam meningkatkan daya saing produk lokal, khususnya dalam sektor ekspor dan distribusi domestik.
Salah satu contoh nyata adalah kemacetan parah di Pelabuhan Tanjung Priok , Jakarta Utara, yang terjadi pada pertengahan April 2025. Antrean kendaraan mencapai 8 kilometer, menyebabkan aktivitas bongkar muat tersendat dan distribusi logistik terganggu. Kemacetan ini bukan kejadian pertama dan mencerminkan kelonggaran antara kapasitas laut dan pelabuhan darat.
Penyebab Mahalnya Biaya Logistik di Indonesia
-
Infrastruktur Tidak Terintegrasi Sebagian besar pelabuhan di Indonesia hanya mengandalkan akses jalan raya. Jalur rel yang dulunya terkoneksi langsung ke dermaga kini nyaris tidak berfungsi. Padahal, angkutan rel lebih efisien untuk jarak menengah (500–1.500 km), dibandingkan jalan raya.
-
Kebijakan Pemerintah yang Tidak Sinkron Pembatasan aktivitas angkutan logistik selama 16 hari sektor saat Lebaran sangat merugikan distribusi. Padahal, menurut para ahli, tindakan seharusnya tidak lebih dari lima hari untuk menjaga kelancaran arus barang.
-
Beban Biaya Tambahan Tidak Jelas Biaya-biaya seperti parkir pelabuhan sebesar Rp 17.500 per sekali masuk , pungutan liar dari oknum aparat, dan premanisme di lapangan, semua menambah beban logistik tanpa kontribusi nyata terhadap pelayanan. Ini berkontribusi terhadap ekonomi biaya tinggi (high cost economy) .
-
Minimnya Area Penyangga (Buffer Zone) Kawasan pelabuhan seperti Tanjung Priok sudah tidak memiliki zona penyangga antara pelabuhan dan pemukiman warga. Akibatnya, tidak ada ruang untuk ekspansi logistik atau fasilitas pendukung seperti parkir truk dan toilet, yang seharusnya menjadi bagian dari perhitungan kapasitas pelabuhan.
-
Tidak Efektifnya Jalur Laut dan Rel Moda transportasi laut dan kereta api belum maksimal. Padahal, untuk distribusi jarak jauh (di atas 1.500 km), angkutan laut jauh lebih murah dan efisien. Ketergantungan pada truk untuk semua jarak memperparah kemacetan dan menambah biaya bahan bakar.
Baca Juga: Waspada! Ini Daftar Aplikasi Penghasil Saldo DANA Gratis yang Perlu Kamu Periksa Keamanannya
Dampak Terhadap Daya Saing Perekonomian Nasional
Dengan biaya logistik yang tinggi , harga produksi barang di Indonesia menjadi tidak kompetitif. Perusahaan harus menanggung beban biaya distribusi, izin usaha yang mahal dan rumit, serta pungutan non-resmi. Hasilnya, daya saing ekspor Indonesia kalah dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam atau Malaysia yang memiliki sistem logistik lebih efisien.
Solusi Menekan Biaya Logistik Nasional
Untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi distribusi barang, berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan pemerintah:
-
Revitalisasi jalur kereta barang ke pelabuhan , sebagaimana sudah diterapkan di era kolonial Belanda.
-
Pengembangan zona penyangga di sekitar pelabuhan agar fasilitas pemeliharaan dapat dibangun dengan optimal.
-
Evaluasi dan transparansi pungutan di ranah publik , termasuk biaya parkir dan akses masuk pelabuhan.
-
Pemanfaatan moda transportasi laut dan rel untuk distribusi jarak jauh , agar tidak terlalu membebani jalan raya.
-
Penyederhanaan regulasi dan perizinan di sektor logistik untuk menurunkan biaya administrasi.
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Tak Impor Produk dari Israel, Ini Penjelasan Pemerintah
Biaya logistik di Indonesia yang tinggi bukan semata-mata disebabkan oleh infrastruktur, tetapi juga oleh kebijakan yang belum sinkron, biaya tambahan yang tidak jelas, dan tidak optimalnya pemanfaatan moda transportasi alternatif seperti rel dan laut. Jika masalah ini tidak segera teratasi, Indonesia akan terus tertinggal dalam persaingan regional.***