Dua Siswi Deli Serdang Klarifikasi Kritik Ijazah Jokowi

APAAJA.NET – Deli Serdang – Dua siswi Deli Serdang klarifikasi kritik ijazah Jokowi? dua siswi asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang dikenal dengan inisial YTG dan AR, kembali menjadi sorotan publik setelah mengunggah video klarifikasi terkait kritik mereka terhadap polemik ijazah mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi). Melalui kanal YouTube mereka, Yapim Nst, keduanya menyatakan bahwa konten yang mereka buat merupakan inisiatif pribadi tanpa arahan atau intervensi dari pihak sekolah.

Baca Juga: Asyifa Motor Mandiraja: Bengkel Motor Berpengalaman Sejak 1987 dengan Layanan Lengkap dan Bergaransi

Sebelumnya, video mereka yang diunggah pada 20 April 2025 viral di media sosial. Dalam video tersebut, AR, yang duduk di bangku kelas 2 SMP, menyuarakan harapannya agar Jokowi menunjukkan ijazah aslinya kepada publik. “Kalau ijazah palsu bisa jadi presiden, buat apa kami sekolah capek-capek?” ucap AR dalam video yang sempat memancing pro dan kontra di masyarakat.

Tunjukkan Ijazah Asli dan Tegaskan Bertanggung Jawab

Menanggapi berbagai reaksi, termasuk desakan di TikTok dan komentar negatif yang menyeret nama sekolah serta guru mereka, YTG dan AR mengunggah video klarifikasi pada 28 Mei 2025. Dalam video bertajuk “Klarifikasi”, mereka menyampaikan bahwa mereka bertanggung jawab penuh atas konten yang telah diunggah.

“Kalau pun ada yang melanggar hukum, kami siap diproses sebagai warga negara yang baik,” ujar AR, menekankan bahwa mereka bukan korban provokasi pihak lain.

Sebagai bentuk kejujuran dan kesungguhan, keduanya menunjukkan ijazah asli mereka di depan kamera. Mereka juga menceritakan perjuangan hidup mereka untuk bisa tetap bersekolah, termasuk mengamen, membuat konten, hingga memulung demi biaya pendidikan.

Sempat Didatangi Aparat karena Lagu Satire

Keduanya mengungkap bahwa sempat didatangi aparat kepolisian akibat salah satu lagu satire yang menyebut Jokowi “lebih kejam dari ibu tiri.” Meskipun diinterogasi, mereka tetap bersikukuh bahwa tindakan mereka merupakan bagian dari menyuarakan pendapat sebagai warga negara yang memiliki hak berekspresi.

Viralnya video ini memicu diskusi hangat di kalangan masyarakat tentang batas kebebasan berekspresi, terutama di kalangan pelajar. Di sisi lain, kasus ini juga membuka ruang diskusi publik mengenai pentingnya keteladanan pejabat negara dalam hal keterbukaan informasi, kejujuran, dan integritas.

Kebebasan Berekspresi dan Refleksi Pendidikan

Fenomena YTG dan AR menjadi refleksi penting tentang bagaimana pelajar generasi muda menyikapi isu-isu nasional secara kritis. Mereka bukan hanya menyuarakan kritik, tetapi juga menunjukkan sikap bertanggung jawab dengan tetap menghormati hukum dan aturan.

Kasus ini pun menjadi momentum penting untuk membicarakan ulang batasan kebebasan berekspresi di kalangan pelajar, perlindungan terhadap suara anak, serta pentingnya sistem pendidikan yang mendukung keberanian bersuara dengan tetap mengedepankan etika.***

Related Posts

Di MQKI 2025, Yai Fadlolan Musyaffa’: Selain Kitab Kuning, Santri Diharapkan Kuasai Kitab Putih
  • October 7, 2025

APAAJA.NET – WAJO – SULSEL – Santri belajar di pondok pesantren diharapkan tidak hanya menguasai Kitab Kuning (Kitab Turats), tetapi juga Kitab Putih. “Yang dimaksud Kitab Putih adalah kitab-kitab berbahasa…

Read More

Continue reading
Misteri Agung Keraton Surakarta: Bukan Sekadar Istana, Tapi Penjaga Rahasia Nusantara!
  • October 4, 2025

APAAJA.NET – Di tengah hiruk-pikuk Kota Solo, berdiri megah sebuah bangunan yang tidak hanya menyimpan kisah sejarah, tapi juga menjadi pusat spiritual dan budaya Jawa: Keraton Surakarta Hadiningrat. Dikenal pula…

Read More

Continue reading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *