
APAAJA.NET-Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengancam akan melakukan mogok menjelang persiapan mudik Lebaran 2025. Keputusan ini muncul sebagai bentuk protes terhadap pembatasan operasional angkutan barang yang semakin panjang dan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan sopir truk.
Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh beberapa instansi terkait, pembatasan operasional angkutan barang akan diberlakukan mulai 24 Maret 2025 hingga 8 April 2025, atau selama 16 hari. Ini jauh lebih lama dibandingkan pembatasan pada tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 10 hingga 12 hari.
Dampak Pembatasan Operasional Truk
Pembatasan ini dinilai merugikan banyak pihak, terutama para pengusaha angkutan dan sopir truk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Jika mogok benar-benar terjadi, bukan hanya pemilik kendaraan yang terdampak, tetapi juga sektor lain yang bergantung pada distribusi barang, seperti:
- Pabrik dan industri manufaktur
- Pergudangan dan pelabuhan
- Tenaga buruh bongkar muat
- Konsumen akhir yang membutuhkan barang kebutuhan pokok
Aptrindo meminta pemerintah untuk meninjau ulang durasi pembatasan operasional truk dan mempertimbangkan solusi yang lebih adil bagi semua pihak.
Kesejahteraan Sopir Truk Masih Terabaikan
Salah satu pemicu utama Ancaman mogok Aptrindo ini adalah kesejahteraan sopir truk yang minim perhatian. Para sopir truk tidak hanya mengalami tekanan akibat pembatasan operasional, tetapi juga dari rendahnya pendapatan dan kurangnya jaminan sosial. Beberapa fakta yang mencerminkan kondisi ini antara lain:
- Rata-rata pendapatan sopir truk hanya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp4 juta per bulan, masih di bawah upah minimum di banyak daerah.
- Banyak sopir yang tidak memiliki SIM yang sesuai dengan jenis kendaraan yang mereka kemudikan karena biaya pelatihan yang mahal.
- Minimnya perlindungan tenaga kerja bagi sopir truk, termasuk tidak adanya standar minimum upah bagi profesi ini.
Tanpa solusi konkret dari pemerintah, kesejahteraan sopir truk akan terus terpinggirkan, dan ancaman mogok akan semakin besar.
Baca Juga: Penuh Berkah! Tarawih Silaturahmi di Masjid Al Barokah Jalin Ukhuwah Sesama Muslim
Solusi yang Dapat Ditempuh
Untuk menghindari dampak besar dari mogok massal ini, diperlukan solusi yang melibatkan berbagai pihak:
- Peninjauan ulang durasi pembatasan operasional truk – Aptrindo mengusulkan agar pembatasan tidak lebih dari 10 hari agar sektor logistik tetap berjalan.
- Pemberian insentif bagi sopir truk – Pemerintah perlu mempertimbangkan skema insentif atau subsidi bagi para sopir yang terdampak pembatasan.
- Penguatan angkutan umum dan moda transportasi alternatif – Pemerintah dapat mempercepat pengembangan transportasi rel dan laut untuk mengurangi ketergantungan pada transportasi darat.
- Penetapan standar upah minimum bagi sopir truk – Standarisasi upah sopir dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Baca Juga: Doa Malaikat Jibril dan Amin dari Rasulullah SAW
Kesimpulan
Ancaman mogok Aptrindo menjelang mudik Lebaran 2025 merupakan peringatan bagi pemerintah untuk lebih serius dalam menangani isu kesejahteraan sopir truk dan kebijakan pembatasan operasional angkutan barang. Jika tidak ada kompromi, mogok massal bisa berdampak luas terhadap distribusi logistik dan perekonomian nasional.
Sebagai solusi, diperlukan langkah strategis yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha, hingga sopir truk. Jangan sampai permasalahan ini terus berlarut-larut hingga akhirnya berdampak pada hajat hidup orang banyak.