
APAAJA.NET – Indonesia kembali diguncang gelombang protes besar. Gerakan bertajuk #IndonesiaGelap 2025 meledak di berbagai kota serta menyulut semangat ribuan mahasiswa dan masyarakat sipil yang turun ke jalan menentang kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang dianggap merugikan masa depan generasi muda. Demonstrasi ini menjadi simbol ketidakpuasan publik terhadap pemangkasan anggaran negara secara drastis yang mengorbankan sektor vital seperti pendidikan tinggi dan infrastruktur.
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2025 Picu Aksi Nasional
Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2025 yang berisi kebijakan efisiensi anggaran sebesar Rp 306,7 triliun. Dana tersebut dialihkan untuk mendanai program populis seperti pemberian makanan gratis untuk pelajar SD dan ibu hamil.
Namun, kebijakan ini dianggap berdampak buruk terhadap sektor strategis, seperti:
Baca Juga: Waspada! Ini 5 Bahaya Fatal Menyimpan Air Galon di Tempat Panas, Banyak yang Belum Tahu!
- Pemangkasan dana pendidikan tinggi
- Pengurangan alokasi beasiswa
- Penundaan proyek infrastruktur penting
Hal ini langsung menuai respons keras dari mahasiswa dan masyarakat luas.
Aksi Massa dan Kekerasan Aparat Warnai Demonstrasi
Gelombang Aksi dari Jakarta hingga Medan
Demonstrasi #IndonesiaGelap pertama kali pecah pada 17 Februari 2025, dipimpin oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Bandung, hingga Semarang. Aksi berlangsung berhari-hari dan berujung bentrok dengan aparat.
Gas air mata, penangkapan massal, dan intimidasi terhadap aktivis menjadi pemandangan yang marak di berbagai lokasi unjuk rasa.
13 Tuntutan Utama Demonstran
Para demonstran menyuarakan 13 tuntutan, di antaranya:
- Penambahan tunjangan untuk guru, dosen, dan ASN
- Evaluasi dan perbaikan program makanan gratis
- Transparansi anggaran dan pemberantasan mafia tanah
- Pembatasan peran militer dalam pemerintahan sipil
Tuntutan ini mencerminkan kekhawatiran generasi muda terhadap masa depan demokrasi dan kesejahteraan rakyat.
Tagar #KaburAjaDulu Jadi Simbol Frustrasi Kolektif
Di media sosial, gerakan ini menemukan gaung besar melalui tagar #KaburAjaDulu. Tagar ini viral dan menjadi trending di platform X (Twitter), TikTok, dan Instagram.
Analisis jutaan unggahan menunjukkan bahwa 81% sentimen pengguna bersifat negatif, menandakan tingkat kekecewaan publik yang luar biasa terhadap arah kebijakan negara.
Kritik Internasional dan Sorotan HAM
Baca Juga: Double Podium di Magelang! Arsenio dan Honda CRF250R Unjuk Gigi di Kejurnas Motocross 2025
Amnesty International Angkat Suara
Organisasi seperti Amnesty International mengecam tindakan represif aparat. Mereka mencatat adanya:
- Penahanan sewenang-wenang terhadap demonstran
- Kekerasan terhadap jurnalis dan aktivis
- Pembatasan kebebasan berekspresi
Tindakan ini dianggap melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia dan menandai kembalinya pola otoritarianisme dalam pemerintahan sipil.
Arah Perkembangan dan Risiko Jangka Panjang
Para analis menyatakan bahwa protes #IndonesiaGelap bisa meluas jika kondisi ekonomi memburuk. Gerakan ini bukan hanya representasi mahasiswa, tetapi juga cerminan:
- Ketidakpercayaan publik terhadap elite politik
- Kekhawatiran terhadap korupsi struktural
- Penolakan terhadap dominasi militer dalam sipil
- Kebutuhan akan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat
Suara Rakyat Tak Bisa Diabaikan
Gerakan #IndonesiaGelap 2025 meledak di berbagai kota menandai titik kritis hubungan antara pemerintah dan rakyat. Demonstrasi, kritik tajam dari komunitas internasional, dan viralnya tagar-tagar penuh keputusasaan seperti #KaburAjaDulu menegaskan bahwa suara masyarakat, terutama generasi muda, tidak bisa dipinggirkan.
Pemerintah dituntut untuk membuka ruang dialog, bukan mempersempitnya dengan kekerasan. Masa depan demokrasi dan keadilan sosial ada dalam keseimbangan yang rapuh.***