
APAAJA.NET – Burung Cica‑koreng Jawa, nama ilmiahnya Copsychus malabaricus javanicus, adalah salah satu jenis burung kicau paling dihargai oleh para pecinta burung di Pulau Jawa. Karena kemampuannya berkicau keras, bervariasi, dan penuh nuansa, ia dianggap kerabat dekat Murai Batu, dan kerap disebut juga Javan White‑rumped Shama.
Burung ini tersebar di berbagai lokasi di Jawa — dari hutan sekunder yang masih rapat, perkebunan besar, hingga pekarangan rumah dengan vegetasi rimbun. Meski fleksibel, ia tetap membutuhkan ruang alami yang cukup agar tetap bisa berkicau dan berkembang.
Ciri Fisik & Suara yang Menjadi Daya Tarik
- Panjang tubuh berkisar 20–25 cm dengan ekor yang relatif panjang, memberikan siluet elegan saat berkicau.
- Warna bulu khas: kepala, punggung, dan sayap berwarna hitam mengilap.
- Bagian dada hingga perut menunjukkan warna oranye kecokelatan yang hangat.
- Yang paling mencolok: tunggir putih (di pangkal ekor), memberikan kontras tajam dengan warna gelap di sekitarnya.
Keunggulan Suara dan Kelakuan
- Suaranya merdu, bervariasi, dan kadang bisa menirukan suara burung lain — seperti radio alam hidup.
- Burung ini aktif dan lincah — sering mengangkat ekornya saat berkicau atau saat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya.
- Ketika musim kawin tiba, pejantan akan mengumbar kicau panjang dengan intensitas lebih tinggi untuk menarik perhatian betina dan menandai wilayah.
Baca Juga: Burung Kuniran: Si Kecil yang Bersuara Ramai, Penjaga Sunyi Pedesaan!
Habitat, Pola Hidup, dan Makanan
Burung Cica‑koreng Jawa menyukai area yang rimbun dan lembap — tidak semua jenis hutan cocok, melainkan area yang cukup teduh, lembab, dan tumbuhannya mendukung kehidupan serangga sebagai makanan pokoknya. Beberapa habitat umum:
- Hutan sekunder
- Kebun campuran
- Pekarangan yang masih hijau dan banyak semak
- Area pinggir hutan
Cara Beraktivitas & Makanan
- Mereka biasanya bertengger di dahan rendah atau perantara, lalu berkicau untuk menandai wilayahnya.
- Makanan utama: serangga kecil seperti jangkrik, belalang, ulat.
- Dalam penangkaran: bisa diberi voer dan buah‑buahan kecil sebagai tambahan agar kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi.
Ancaman terhadap Populasinya & Status Perlindungan
Walaupun dulu suaranya mudah ditemukan di banyak tempat, kini populasi cica‑koreng Jawa terus menurun. Beberapa faktor ancaman:
- Perburuan liar: banyak yang menangkapnya untuk dipelihara atau diperjualbelikan sebagai burung kicau.
- Hilangnya habitat alami: alih fungsi hutan menjadi kebun, perumahan, atau industri mengikis ruang hidupnya.
Burung ini masuk dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia, sehingga menangkap, memelihara, atau memperdagangkannya secara ilegal adalah tindakan yang dilarang.
Upaya Pelestarian & Harapan ke Depan
Melestarikan cica‑koreng Jawa bukan hanya soal melindungi satu jenis burung — melainkan menjaga keanekaragaman hayati Pulau Jawa. Beberapa upaya yang bisa dilakukan:
Baca Juga: Burung Sepah: Si Cantik Bersuara Nyaring yang Bikin Hutan Tropis Makin Hidup!
- Penegakan hukum terhadap perburuan dan perdagangan ilegal.
- Pemulihan habitat: menanam vegetasi asli, menyisihkan koridor hijau di area perkotaan dan pertanian.
- Edukasi masyarakat agar menghargai burung kicau sebagai bagian dari alam, bukan hiasan tampilan semata.
Burung Cica‑koreng Jawa adalah warisan alam yang bernyawa lewat suara merdunya. Jika kita abaikan ancaman terhadapnya, maka suatu hari suara alam ini bisa lenyap dari Pulau Jawa. Dengan menjaga habitat, menghormati undang‑undang, dan menyebarkan kesadaran — kita bisa memastikan generasi mendatang masih bisa mendengar kicau emasnya menghiasi pagi Jawa.***