
APAAJA.NET – Burung Ciung-batu adalah salah satu pengicau paling eksotis dari keluarga Muscicapidae, yang dikenal juga sebagai keluarga burung sikatan. Nama “ciung-batu” terinspirasi dari suara kicauannya yang keras dan menggema seperti bunyi yang memantul di antara bebatuan lembah hutan.
Meski tidak sepopuler murai atau cucak rowo, burung ini memiliki penggemar fanatik di kalangan kicau mania. Tak hanya karena suaranya yang kuat dan bervariasi, tapi juga karena penampilannya yang mencolok — penuh misteri dan elegan.
Baca Juga: Suara Emas Jawa Hilang? Inilah Kisah Tragis Si Cica‑Koreng Jawa yang Memikat Hati!
Ciri-Ciri Fisik dan Suara yang Menawan
Terdapat dua spesies yang paling dikenal:
- Ciung-batu kecil (Myophonus minutus): panjang tubuh sekitar 15 cm.
- Ciung-batu besar (Myophonus caeruleus): bisa mencapai 30 cm.
Bulu mereka didominasi warna biru tua kehitaman yang mengilap, terutama jika terkena cahaya matahari. Penampilan ini menjadikan mereka tampak seperti “hantu biru” di tengah rimbunnya hutan tropis.
Paruh dan Suara
- Paruhnya kuat dan lurus, sangat ideal untuk menangkap serangga, siput, bahkan cacing.
- Suara: nyaring, jernih, dan sangat bervariasi. Tak heran, burung ini sering masuk dalam daftar burung kontes kicauan.
Habitat dan Gaya Hidup Alaminya
Burung ciung-batu dapat ditemukan di:
- Hutan pegunungan dengan ketinggian sedang hingga tinggi.
- Lembah berhutan dan pinggiran sungai berbatu.
- Area dengan kanopi rapat dan kelembapan tinggi.
Burung ini kerap terlihat berjalan di tanah atau bebatuan saat mencari mangsa. Mereka aktif berburu serangga, siput kecil, cacing, dan bahkan buah-buahan liar sebagai pelengkap makanan.
Nilai Ekologis dan Daya Tarik yang Menggoda
Selain kicauan yang memesona, burung ciung-batu punya nilai ekologis:
- Mengendalikan populasi serangga dan makhluk kecil lainnya.
- Menjadi bagian dari suasana akustik alami hutan pegunungan — suaranya adalah indikator bahwa hutan tersebut masih alami dan sehat.
Warna birunya yang seperti balutan beludru alami, membuatnya jadi burung yang sangat fotogenik di alam liar.
Ancaman terhadap Populasi & Upaya Pelestarian
Populasi burung ciung-batu kini semakin sulit ditemukan. Hal ini disebabkan oleh:
- Deforestasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman.
- Perburuan liar untuk diperjualbelikan sebagai burung peliharaan karena suaranya yang dianggap “istimewa”.
Beberapa spesies dari genus Myophonus ini telah masuk daftar satwa dilindungi, sehingga penangkapan dan perdagangan ilegal bisa dikenai sanksi hukum.
Baca Juga: Burung Kuniran: Si Kecil yang Bersuara Ramai, Penjaga Sunyi Pedesaan!
Jangan Biarkan Suara Ciung-batu Hanya Tersisa di Rekaman
Burung ciung-batu bukan hanya sekadar burung kicau — ia adalah simbol dari keseimbangan hutan tropis yang masih terjaga. Menjaga burung ini berarti juga menjaga hutan, suara alam, dan masa depan keanekaragaman hayati Indonesia. Sebelum semua itu hanya bisa kita dengar lewat rekaman digital, mari jaga mereka di habitat aslinya.***