
Ponpes Fadhlul Fadhlan Semarang Tuan Rumah Fitrah 2025
APAAJA.NET – SEMARANG – Adalah hal yang sangat penting lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah di bidang apapun juga turut membina kemandirian santri — baik secara spiritual, kesehatan, maupun ekonomi.
Hal itu ditegaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang, DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA pada acara pembukaan Festval Santri Jawa Tengah (Fitrah) 2025 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia, Selasa 22 Juli 2025.
Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (PPFF) Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf Semarang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pelaksanaan Fitrah 2025. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari, 22–24 Juli 2025, dengan mengusung tema: “Ekspresi, Prestasi, dan Kolaborasi.”
Kegiatan yang diikuti ratusan santri dari 33 ponpes di Jawa Tengah itu dibuka dengan penampilan perdana dari Grup Nasyid Putri PPFF ‘Shoutul Hafiyya’.
Dilanjutkan dengan sambutan hangat oleh Pengasuh Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang, DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA., yang menyampaikan pentingnya membina kemandirian santri — baik secara spiritual, kesehatan, maupun ekonomi.
“Insyallah, kami siap untuk menjadi partner dan penyambung lidah BI pada masyarakat, terutama dalam menanggulangi inflasi, karena bagaimanapun negara kita harus selalu bersiap siaga apabila kapan saja terjadi inflasi, Bank Indonesia mampu menjadi gawang dalam ketahanan pangan, juga mampu membuka bank syariah, ekonomi syariah dan usaha-usaha syariah,” tutur Kiai Fadlolan.
Kiai Fadlolan merupakan sosok yang turut serta aktif dalam menggagas terselenggaranya ekonomi syariah dalam FGD (Forum Group Discussion) DSN (Dewan Syariah Nasional) di MUI pusat maupun daerah.
Kiai Fadlolan juga menegaskan bahwa pesantren harus menjadi basis perubahan gaya hidup. Untuk memecah anggapan masyarakat yang memandang santri dan pondok pesantren merupakan lembaga yang hanya ngaji ilmu agama, tempatnya yang kumuh, kotor dan gudiken.
Anggapan itu sudah terjawab bahwa pesantren merupakan komunitas garda depan dalam menciptakan masyarakat mandiri pangan halal, mampu menciptakan pasar dan ekosisten ekonomi syariah dari produk halal.
Membuka lapangan kerja, menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat anti stanting dan menaggulangi anemia.
Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan menyediakan fasilitas dan tempat yang dibuat sedemikian rupa agar santri tidak jenuh, dan mampu menghirup udara segar.
Maka PPFF menyediakan minizoo, tempat wisata alam, wisata buah, membuat dua super market yang menjadi pusat belanja kebutuhan santri, boutik, toko buku, dua cafe yang megah, greenhouse, farm kambing, berbagai jenis petenakan ayam, bebek, mentok, angsa, perikanan berbagai jenis ikan, budidaya perkebunan buah dan berbagai jenis sayur, berbagai tanaman herbal yang diolah langsung menjadi berbagai jenis makanan dan minuman, membuat usaha bakery bersertifikat halal MUI & BPJPH.
“Apa yang dibutuhkan santri, saya tanam. Karena kami memiliki slogan, “makanlah apa yang kita tanam dan tanamlah apa yang kita makan”. Ini adalah tujuan untuk salah satu cara menanggulangi inflasi. Termasuk juga untuk menanggulangi anemia santri di pondok pesantren.” Jelas Kiai Fadlolan.
Saat ini, Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan telah menjadi satu-satunya pesantren Jawa Tengah zero anemia dari sampel 75 pesantren yang di screening oleh Himpunan Dokter NU, Ikatan Perawat NU PWNU Jateng yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jateng.
PPFF bisa menjadi percontohan zero anemia, yang salah satu aksinya PPFF mewajibkan santri mengkonsumsi sayur yang mengandung zat besi seperti bayam, kangkung, yang dipanin langsung dari Perkebunan PPFF. Termasuk aksi larangan mengkonsumsi mie instan menjadikan santri sehat. Awalnya terpaksa hingga menjadi terbiasa memakan sayur dan lauk sehat yang tanam, diproduksi dan disediakan PPFF.
“Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi pondok pesantren yang lain, bahwa mandiri pangan itu penting, jangan hanya mengandalkan pasar. Karena pasar itu kadang tidak tersedia barang yang kita perlukan, terkadang harganya naik. Maka kami mendidik santri untuk mandiri pangan. Ini bukan hanya solusi ekonomi, tapi pendidikan skill santri yang manfaatnya akan mereka bawa saat kembali kekampung halaman atau menjadikan santri survive dimanapun mereka berada.” tegas Kiai Fadlolan.
Sementara itu Andi Reina Sari Hufaid, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah menegaskan bahwa 2026, seluruh produk yang beredar di Indonesia wajib memiliki sertifikasi halal.
“Santri harus bersiap menjadi pelaku ekonomi halal. Dunia hari ini bergerak ke arah ekonomi hijau, ekonomi syariah, dan ekonomi halal. Kami berharap produk-produk pesantren bisa menembus pasar internasional,” ujarnya.
Bank Indonesia, lanjutnya, sengaja menggandeng pesantren karena memiliki posisi strategis dalam membina umat dan memberdayakan masyarakat secara konkret.
“Kami mohon dukungan para kiai, agar program ini tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi benar-benar menyentuh masyarakat. Santri adalah kunci pembangunan ekonomi syariah ke depan,” jelasnya.
Fitrah 2025 diramaikan oleh sejumlah agenda, di antaranya:
1.OASE (Olimpiade Antar Pesantren)
2.Pesantren Performance
3.Workshop Snack Bouquet
4.Pameran Produk Unggulan Pesantren
5.Talkshow Ekonomi Syariah
6.Special Performance oleh IKA Entertainment
Melalui kegiatan ini, para santri tidak hanya diajak untuk menunjukkan prestasi, tetapi juga mengasah kepekaan sosial, keterampilan wirausaha, dan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi umat.
Semoga kegiatan ini menjadi bagian dari keberkahan bersama.
Dari pesantren yang sederhana namun penuh tekad, lahirlah generasi yang siap menata masa depan — dengan iman, ilmu, dan kemandirian.
Fitrah bukan hanya festival, ia adalah pernyataan: bahwa santri sanggup menjemput zaman dengan kemuliaan.***