APAAJA.NET – Industri motor listrik Indonesia menghadapi tantangan berat sepanjang 2025. Tanpa kejelasan kelanjutan subsidi Rp7 juta, penjualan motor listrik tercatat Anjlok hingga 60–70 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini membuat harga motor listrik kembali terasa mahal dan minat konsumen menurun drastis.
Sekretaris Jenderal AISMOLI, Hanggoro Ananta, menyebut insentif pemerintah sebelumnya terbukti menjadi katalis utama pertumbuhan pasar motor listrik nasional
Subsidi Hilang, Penjualan Langsung Terjun Bebas
Dalam diskusi publik insentif kendaraan listrik yang digelar KPBB, Hanggoro menegaskan bahwa subsidi Rp7 juta pada 2023–2024 memberi dampak signifikan terhadap penjualan.
Baca Juga: Redmi Note 15 5G: Level Baru HP Menengah
Data Penjualan Motor Listrik Indonesia
- 2023: >40.000 unit
- 2024: >60.000 unit
- 2025: hanya belasan ribu unit
“Pada 2025 tak ada insentif, penjualan turun cukup dalam hingga 70 persen,” ujar Hanggoro.
Tak hanya dari sisi volume, penetrasi motor listrik terhadap motor bensin juga ikut melemah, dari kisaran 1,2–1,3 persen menjadi hanya 0,7–0,8 persen.
Baca Juga: SIM Mati Tetap Bisa Diperpanjang Tanpa Bikin Baru! Catat Tanggal Penting Akhir Desember 2025
Harga Motor Listrik Naik, Konsumen Menahan Beli
Tanpa subsidi, harga on the road motor listrik kembali berada di atas ambang psikologis konsumen. Ketidakpastian kebijakan membuat banyak calon pembeli memilih menunggu, terutama di segmen komuter perkotaan yang sensitif terhadap harga.
Kondisi ini menjadi sinyal bahwa insentif pemerintah masih krusial dalam fase awal adopsi kendaraan listrik roda dua.
Baca Juga: Gila! Clair Obscur: Expedition 33 Borong 9 Penghargaan di The Game Awards 2025f
Strategi Produsen: Sewa Baterai Jadi Penyelamat
Meski pasar lesu, sejumlah produsen tak tinggal diam. Mereka menyiasati harga tinggi dengan pendekatan bisnis baru.
Battery as a Service Dongkrak Daya Saing
Salah satu solusi yang mulai banyak diterapkan adalah battery as a service (BaaS) atau sistem sewa baterai. Skema ini membuat harga awal motor listrik lebih terjangkau karena konsumen tidak langsung membeli baterai.
Produsen lokal seperti Polytron disebut sukses menerapkan strategi ini untuk menjaga penjualan tetap bergerak.
“Pendekatan ini cukup mendongkrak dari sisi sales,” jelas Hanggoro.
Masa Depan Motor Listrik Masih Menjanjikan?
Meski 2025 menjadi tahun yang berat, pelaku industri menilai pasar motor listrik Indonesia masih memiliki potensi besar. Kepastian regulasi dan kembalinya subsidi diyakini bisa kembali memacu pertumbuhan secara cepat.
Tanpa dukungan kebijakan, transisi menuju kendaraan ramah lingkungan berisiko berjalan lebih lambat dari target nasional.
Kesimpulan
Hilangnya subsidi Rp7 juta terbukti menjadi faktor utama anjloknya penjualan motor listrik 2025 hingga 70 persen. Meski produsen mulai berinovasi lewat skema sewa baterai, industri tetap menanti kepastian kebijakan agar pasar kembali bergairah dan transisi kendaraan listrik tetap on track.
Baca Juga: Intip Bentuk Headlamp Honda Vario 125 dari Semua Generasi, Mana Favorit Anda?


